Doc. 9 September 2019 Radar Madura
Solidaritas Pertemanan yang
Tiada Batas
Judul
: Bandar Bola, Cuy!
Penulis
: Netty Virgiantini
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Terbitan
: Cetakan Pertama, 2019
Halaman
: 256 halaman
ISBN
: 978602-0621623
Peresensi
: Agustin Handayani
“Terkadang kesunyian memang jadi lebih indah dinikmati bersama.” Hal. 65
Masa
remaja memang selalu memiliki ketertarikan sendiri untuk semakin diulik dengan
sudut pandang masing-masing. Dunia yang tampak penuh warna dengan pencarian
jati diri serta kesiapan mematangkan mental untuk menuju masa dewasa muda.
Dengan sudut pandangnya sendiri, Netty mengambil kisah teenlit yang tidak
jauh-jauh dari dunia remaja itu sendiri. Persahabatan, dan kegemaran.
“Karena sebenarnya main bola bukan sekadar rebutan bola dengan dua puluh orang dan banyak-banyakin bikin gol. Lebih dari itu, main bola juga ngasih pelajaran pentingnya kerja sama, saling bantu, dan saling menghargai. Sehebat apa pun kemampuan seorang pemain, dia nggak bakal beraksi seorang diri tanpa bantuan rekan satu tim.” –hal. 78
Mengusung
kegemaran sepak bola yang memang bisa menjadi ikon remaja kali ini, Netty
banyak mengulas hal-hal yang kadang tak kita sadari sebelumnya. Menurut penulis
ini, remaja bukan hanya mereka yang terlibat dengan kisah cinta yang menye-menye
atau kelabilan sikap. Namun sebenarnya, ada beberapa bagian remaja yang sibuk
dengan persahabatan, hobi, dan juga kematangan mental dan fisik yang luput
dilihat oleh orang di luar sana. Hal yang menjadi beda dari kisah ini adalah
hadirnya seorang cewek pemberani sebagai manajer bandar taruhan bernama Tari.
Gadis pemberani yang menggilai dunia bola. Bisa dikatakan Tari ini menjadi
jantung tim sepak bola kelasnya.
Adanya
Tari di tim sepak bola membuat penyeimbang dan juga penyempurna sikap dari pemain
tim lelaki. Meski sering melakukan taruhan illegal di luar jam sekolah, mereka
sadar bahwa uang itu untuk kepentingan bersama dan saling membantu. Adanya
taruhan hanya untuk meningkatkan semangat mereka dalam bertanding. Semua
berjalan mulus selama beberapa waktu meski harus mencari waktu dan tempat yang
pas agar tidak diketahui oleh pihak sekolah.
Hingga
datang anak OSIS kelas XII yang bernama Alex dan Rashid. Tari menyukai Rashid
sejak kelas sepuluh, maka dari itu, kehadiran Rashid sangat menggoyahkan dan
menghancurkan waktunya. Kesengajaan yang terasa janggal. Bagaimana lelaki itu
yang mendekatinya, menolongnya di saat yang tepat, dan segala kejadian lainnya
yang sangat janggal hingga kenyataan sebenarnya terkuak. Ada niat terselubung
dari pendekatan lelaki itu yang tiba-tiba. Namun, lagi-lagi cinta bisa
mengendorkan sikap waspada yang Tari miliki meski temannya sudah sering memberi
nasehat.
"Tugas kita adalah mendidik dan mengarahkan siswa, bukannya langsung menghukum jika mereka melakukan kesalahan. Hukuman kadang malah tidak menyelesaikan masalah.” –hal. 191
Sebenarnya
ini masuk poin penting dari inti cerita. Selain saat amarah menguasai tim
mereka, saat kekerasan seakan menjadi jalan keluar untuk pelampiasan, sosok Tari
bisa dikatakan sebagai pelerei, dan jalan tengah yang sejak tadi buntu.
Bagaimana sikap penuh tanggung jawab dan keberanian untuk memikul beban atas
terbongkarnya pertandingan illegal itu dan membuatnya diskors tanpa sedikit pun
menyeret nama temannya yang lain. Solidaritas yang bukan hanya sebagai teman,
tapi sahabat dan juga saudara. Tiga kata yang menjadi sihir bagi mereka bahwa
setiap masalah tidak selalu diselesaikan dengann kekerasan. Dan bagaiamana
sosok seorang guru di dalamnya.
Peranan
guru di sini seakan menyindir kita semua. Guru itu contoh, panutan, dan juga
pemberi arahan. Setiap pelanggaran, tidak bisa selalu diselesaikan dengan kaku
sesuai aturan sekolah. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan terkait dengan
bagaimana memberi kesempatan bagi murid tersebut. Karena hukuman tidak terbukti
menjadi penyelesaian dalam pelanggaran.
Novel
yang benar-benar gila dan menakjubakan. Solidaritas yang kental, bagaimana
sosok tim sepak bola saling mendukung dan beraksi untuk memperoleh kemenangan.
Bagaimana lapangan mengajarkan arti hidup, dan bagaimana kebersamaan bisa
meguatkan tali persaudaraan. Novel remaja yang tidak melulu fokus dengan kisah
romance, dengan sudut pandang dan pegambilan dunia sepak bola semakin membuat
novel ini memukau pembaca.
Probolinggo, 21 Mei 2019
Biodata
Penulis
Agustin
Handayani. Seorang mahasiswa dan aktivis literasi daerah. Tergabung dalam FLP
Probolinggo dan KomunLis Probolinggo