Menggerus Luka Tanah Air


Foto By. Yuanda Isha

Luka Tanah Air

Judul Buku                            : Menggerus Luka Tanah Air
Penulis                                   : Komunitas Sastra Nusantara
Penerbit                                 : Yayasan Halaman Yuan
Tahun terbit                          : Cet. Pertama, September 2018
Jumlah Halaman                  : xiv+68 Halaman
ISBN                                       : 978-602-61843-7-5
Peresensi                               : Agustin Handayani
Buku antologi puisi yang berjudul ‘Menggerus Luka Tanah Air’, adalah sebuah antologi yang disusun oleh sekitar 18 penyair dan penulis di mana terdapat sekitar 32 puisi di dalamnya. Diciptakannya buku ini sebagai bentuk penggalangan dana yang digagas oleh Komunitas Sastra Nusantara dengan pendirinya Yuanda Isha, penyair asal Tanjung Pinang yang juga masuk dalam Penyair KEPRI. Dengan tema sosialnya, semua penyair di sini mulai menuliskan bagaimana tanah air baik dilihat dari sudut pandang lingkungan sosial, sejarah,  bahkan renungan religiousnya.
Seperti yang dikatakan oleh Salimi Ahmad (Penulis) yang mengisi endors antologi ini, “pada hematnya, semua karya puisi yang diciptakan menjurus ke tema sosial –sadar atau tidak sadar.” ( Hal. 52).
 Salimi Ahmad menjelaskan bahwa setiap penyair dalam karyanya memang bertujuan untuk berbagi. Berbagi rasa dan pemikiran kepada pembaca. Tidak mungkin penyair menciptakan sebuah puisi tanpa mau berbagi apa yag ia rasakan atau ia pikirkan.

Dan dalam antologi ini, samua penyair seakan kompak menceritakan apa yang mereka rasakan dan lihat tentang luka-luka di tanah air tercinta.
Di kolong jembatan kami merintih perih, sedangkan engkau di kasur, tidur mendengkur, Tuan. ( Hal. 3)
Puisi kedua yang dibuka oleh seorang Penyair asal Bojonegoro, Guntur Suyanto. Dalam puisi singkatnya yang berjudul “Malam Kelam dan Lolongan Anjing” ini, Guntur seakan membeberkan sebuah kesenjangan social antara kaum atas dan bawah. Terlihat dari mereka yang berada di kolong jembatan dengan seorang tuan yang mendengkur di kasur. Ini adalah hal yang faktanya memang sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Masih banyak rakyat bawah yang kadang dalam tidurnya harus menahan nafsu laparnya. Berselimut kardus di bawah kolong jembatan yang kadang terazia oleh keamanan karena dianggap sebagai sampah masyarakat dan merusak keindahan jalan. Pernahkah kalian berpikir bagaimana kerasnya hidup kaum bawah dalam melawan hari-hari yang semakin kejam mencekamnya?
Sama halnya yang dibeberkan oleh penyair bernama Ahmad Ridwan Wanderer. Berikut penggalan puisi yag berjudul “Adakah”
Ranting pohon menjadi atap
Untuk melanjutkan hidup
Rumput mengeja napas mereka yang keluar dari jembatan tua
Lalu adakah yang mendengar tangis mereka? (Hal. 23)
Dan lagi-lagi puisi di dalam antologi Menggores Luka Tanah Air ini menjelaskan bagaimana sebuah penampakan yang sering kita lihat namun enggan  untuk kita selami. Ada banyak mata yang melihat kondisi seperti yang dibeberkan dalam puisi ini, tapi sayangnya hanya sedikit mata yang mau berbagi dan mengurangi kemelaratan yang ada.
Dari kedua puisi yang menjabarkan luka yang sama, masihkah hati kita tak terketuk? Pertanyaan besarnya adalah, “Apakah kita masih belum peduli dan enggan berbagi pada mereka yang terluka dan mati di tanah air tercinta ini?”
Maka, Yuanda Isha sebagai penggagas penggalangan dana ini mulai menjelaskan keinginannya dimana Yuanda mengajak semua penulis dan penyair untuk berbagi dengan orang-orang yang sebelumnya enggan kita lihat tersebut. tanpa melepaskan kepiawaian dalam menulis, semua penyair menyumbangkan puisi terbaik yang dijadikan sebagai ajang penggalangan dana untuk sebuah panti Asuhan di Yogyakarta -Sasaran pertama mereka dalam berbagi.
Dalam antologi ini pun, beberapa penyair juga memperlihatkan bagaimana nasib anak bangsa di luar sana. Seperti yang tercantum dalam penggalan puisi di bawah ini.
Kami, anak-anak negeri
Semakin terpenjara
Kami terkurung, terhimpit
Seolah tanpa daya untuk bangkit

Kami anak-anak Pertiwi
Terpenjara di Negeri sendiri. (hal. 24)
Rupanya di sini penyair yang bernama pena Mheefrhoodhent asal jambi lebih menitikberatkan puisinya kepada anak bangsa dan segala keadaan yang dialami. Memperlihatkan bahwa mimpi-mimpi anak bngsa yang harus terkunci dalam sebuah ruang tanpa bisa keluar menjadi nyata. Negeri kami belum merdeka, seperti itulah yang kiranya ingin disampaikan oleh penyair ini. Hanya anak-anak di kalangan atas dan terpandang yang akan disorot negeri. Sedangkan anak-anak bangsa yang menuntut ilmu dengan kaki-kaki telanjang harus berusaha mati-matian agar negeri mau meliriknya barang sedikit saja. Mereka hanya akan dilirik dan disanjung saat  bisa berada di titik atas. Lantas, apakah mereka harus menjadikan kepala di bawah dan kaki di atas agar Negeri Pertiwi ini sudi untuk membantunya?
Menurut saya pribadi, adanya antologi ini dalam masyarakat benar-benar membuktikan bahwa sastra memang dijadikan ajang untuk saling berbagi. Dengan sebuah tujuan mulia ini, keberadaan antologi puisi, “Menggerus Luka Tanah Air,” patut mendapatkan  applause dan pujian atas kepedulian tiada tara oleh para penyair Nusantara dalam antologi ini. Semoga niatan yang sudah tercapai ini akan menimbulkan niatan-niatan yang lain para penyair agar mau berbagai dengan mereka yang belum bisa hidup layak seperti kita.

Probolinggo, 23 September 2018



About Me!



Assalamualaikum wr. wb

Hai, teman-teman grey.
Jangan kaget bila aku menyebut kalian semua dengan sebutan grey. Karena aku cinta grey. Grey adalah warna yang membuatku sedikit tenang.

Kali ini, aku akan berbagi kisah sedikit saja sih tentang aku.
Jadi, artikel kali ini aku beri judul, About Me!  😉

Oke, langsung saja iya.

Agustin Handayani. Seorang perempuan kelahiran Probolinggo, 1996. Seorang wanita yang mengaku sangat mengagumi petrichor dan segala jenis kenangan. Lebih memilih menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis dari pada mojok sama doi. Masalahnya, aku nggak ada doi #plak.

Perempuan yang sejak SMP kelas 8 sangat menyukai novel-novel remaja. Jelas, ini juga berpengaruh pada genrenya menulis novel saat ini. Dan pada saat tahun 2017 tepatnya bulan Agustus, aku terjun langsung di dunia tulis menulis. Bergabung dengan beberapa group kepenulisan dan juga organisasi literasi. Hingga, mulailah aku belajar dan menikmati proses yang ada.

Kunci dari belajarnya adalah :
Terus belajar dan menikmati proses.

Itu saja. Hingga pada saat ini, merambah ke dunia novel, cerpen, dan resensi. Bahkan sekarang mulai belajar menulis prosa. Perempuan ini juga bermimpi menjadi penulis hebat yang akan terus bermanfaat ke depannya. Amin.

Beberapa karyanya sudah banyak yang dimuat dan terbit di beberapa penerbit.

Novel.
1. Hey, I Love You (2017)
2. Lost and Love (2018)
3. Petrichor (2018)

Antologi Puisi
1. Jejak Perjalanan (2017)
2. Memggerus Luka Tanah Air (2018)

Antologi Cerpen
1. Perjalanan Rasa (2017)
2. Perempuan yang Kuceritakan Padamu (2018)
3. Nostalgia (2018)
4. Payung Cokelat Susu (2018)
5. Story of Our Life (2018)
6. Jejak Persahabatan (2018)
7. Balada Cinta (2017)
8. Hijrah (2018)

Ikuti jejak perjalanannya di akun media sosial yang sudah tertera, ya!
see you!

Yuk, Meresensi!




Hai, selamat malam!
Kali ini aku mau berbagi tentang Menulis Resensi.
Apa saya sih cara-cara atau step-step menulis resensi?
Jadi, Yuk, langsung saja!
Step-step Resensi buku!
1.      Pilihlah buku yang akan di resensi
Teman-teman, memilih buku yang diresensi ini sangat penting untuk kita. Kenapa? Karena ini adalah penentu resensi kita ke depannya. Misal, aku memilih novel Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer karena novel ini kembali booming di akhir tahun 2018 karena isu film yang diadopsi dari novel ini. Contoh lain adalah aku meresensi sebuah buku yang baru saja lahir dan tersebar di pasaran. Jadi, kita nggak sembarang meresensi sebuah buku. Apalagi jika meresensi untuk kepentingan di koran atau media lainnya. Pastilah harus buku-buku yang sedang marak dipasaran dan terbaru atau buku tersebut sedang booming  di era kini.
2.      Membacalah secepat mungkin, tetapi tetap bisa mengambil intisarinya.
Nah, loh! Di sini biasanya kita harus membaca secepat yang kita bisa. Kenapa? Karena dalam meresensi, waktu yang lama dalam membaca kurang efektif. Membaca dalam satu kali duduk (read. Satu waktu) akan membuat kita masuk ke dalam alur, dan menghindari ‘lupa alur’. Batas baca berapa hari? Maksimal 3 hari. Loh? Cepet, ya? Coba lihat saja system Ipusnas. Di sana kita bisa belajar cara membaca yang cepat, karena batas peminjaman hanya tiga hari. Setelahnya, buku akan otomatis kembali dan kita bisa pinjam lagi saat buku tersedia atau sudah dikembalikan oleh user lain.
3.      Menulis Identitas Buku
Judul                                  :
Penulis                               :
Penerbit                             :
Terbitan                             :
Jumlah Halaman                 :
ISBN                                  :
Peresensi                            :
4.       Memilih Judul yang Menarik
Dalam sebuah resensi, judul adalah sumber kekuatan resensi kita. Seperti apa judul yang menarik itu? Jelas memikat pembaca. Sama seperti kita membuat sebuah artikel di UC News, jelas bila judul tidak menarik, konten kita tidak akan disentuh oleh mereka. Benar, kan? Contohnya? Misal di resensi buku yang pernah aku buat, yaitu : Pengorbanan dan Nasionalisme di Tanah Seberang, Menterjemahkan Kesunyian pada Wanita, dll
5.       Menulis hal-hal yang menarik
Ini sama halnya dengan quotes buku tersebut. Quotes tersebut harus menunjang judul resensi yang teman-teman buat.
6.       Memilih Media yang Sesuai.
Di internet sudah banyak sekali alamat media yang bisa teman-teman dapatkan untuk pengiriman resensi. Jadi, tidak perlu bingung hanya untuk mencari alamat media. Dan jangan biarkan resensimu hanya mengendap dalam draft laptop.
7.       Semangat dan terus Mencoba
Jangan karena sekali tolak, teman-teman langsung down dan menyerah untuk mengirim resensi. Coba lagi dan lagi. Dan tetap semangat lagi, ya!

Oke. Itu hanya sedikit step yang bisa aku berikan sedikit untuk teman-teman. Jika nanti ada pertanyaan, bisa langsung tanya di kolom komentar. Jangan malu-malu, ya! Aku baik kok hehhe

Salam.

Probolinggo, 25 Januari 2019


Perjuangan di HR kelas RC


Hai, selamat siang.

Sebenarnya ini adalah postingan yang teramat terlambat. Bagaimana tidak? Seharusnya aku mengumpulkan kesan dan pesan ini Minggu lalu. Namun, karena something yang tidak dapat dihindari, aku baru posting sekarang. Jelas dengan coretan sistem Kebut sehari.


Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih pada Kak Rhozy dan kak Rizal yang telah membersamai kami semua di RC kelas HR. Alhamdulillah, kami bisa lolos di hari ke lima puluh meski dengan nyawa (read. Peringatan) yang bikin ngeri.

Kesan selama di kelas RC. Seru. Jelas. Dari sini yang kadang bikin kesel sendiri adalah buku bertema yang jelas-jelas sangat jauh dari kecintaan saya. Ilmu filsafat, sejarah dan tokoh-tokoh. Ini benar-benar hal yang tidak begitu saya pahami. Hingga muncullah peringatan dari wali kelas.


Kesan kedua. Dari kelas ini aku kembali mengenal teman baru dan juga ilmu barunya.

Pesan untuk RC kelas HR. Semoga RC ini bisa terus berjalan dan semakin menatang untuk siapapun. Semakin bermanfaat dan membantu membudayakan minat baca.

Sedikit itu saja yang saya sampaikan. Terima kasih semua.
Selamat tinggal RC kelas HR (bila diperbolehkan)
Selamat datang tantangan baru.
Dari aku, Yani untuk semua



Probolinggo, 23 Januari 2019

WiCha dan Segala Kenangan




Selamat siang! Kali ini aku nggak sedang menulis puisi, resensi atau cerpen seperti biasanya. Siang yang kebetulan sedang mendung di Probolinggo, aku akan bahas tentang kenangan. #janganbaper

Kenangan dan kesan selama mengikuti WiCha. 

Oke. Mengikuti kelas Wicha sejak Premier, Junior, Senior hingga Super jelas memiliki kesan tersendiri bagi saya. Dari yang lupa update, dikejar tema, tantangan kirim media, dan teman-teman baru dari FLP se-Jatim. Ini adalah hal yang tak akan bisa dilupakan dengan mudah. Bagaimana kami yang saling bergurau kala ada yang lupa update, dll. 

Kita belajar berani. Ini adalah poin penting di WiCha. Kita bukan hanya menulis dan disimpan sendiri. Namun, juga mengirimkan ke media dan menulis dengan tantangan tema yang disediakan. Hmm, ini adalah hal yang membuatku tertantang .

Pesan untuk Program WiCha.

Semoga WiCha ini akan terus berjalan dengan lancar bagi teman-teman. Manjadi wadah kita semua untuk rutin menulis hingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat. Amin

Semoga apa yang kami dapatkan tidak berhenti di sini. Di depan sana, masih ada jalan panjang untuk kita menulis, menulis, dan menulis. 


Karena menurut Pramudya, 'menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Terima kasih untuk seluruh teman-teman yang membersamai dalam belajar menulis bersama. Untuk Pak Angga sebagai wali kelas dan juga kepala dari WiCha. Dan untuk Forum Lingkar Pena yang memberi wadah untuk kami. 



Probolinggo, 21 Januari 2019 

Puisi-Puisi Hujan



Sebelum Hujan Reda
Yani

Kenanganya masih mengenang
Melekat bagai tubuh dan kepala
Ada rintik di kolong bumi
sedang matahari terus bersembunyi


Ada cinta yang terhianati
sebelum pesta usai, hujan melanda
membangkitkan sebuah asa yang terasa
Hingga di detik detak

Hujan belum reda
Probolinggo, 16 Januari 2019


FantasTeen - Killer Mermaid



Doc. Radar Cirebon Minggu, 12 Januari 2019
sumber. Footo by Faris Al Faisal


Pembunuhan Mematikan dari Dasar Laut

Judul                            : Killer Mermaid
Penulis                        : Lalu A. Mubarok
Penerbit                      : DAR! Mizan
Terbitan                      : Cetakan Pertama, Januari 2018
Jumlah Halaman        : 156 Halaman
Peresensi                     : Agustin Handayani

Dari sebuah novel mistery dan horor kita menemukan banyak hal baru yang luput dilihat oleh mata telanjang. Menurut penulis-penulis mistery-horor, di sekitar kita ada sebuah alam yang bersebelahan dengan kehidupan. Mereka hilir mudik dan ikut dalam segala kegaiatan yang kita lakukan. Bedanya, mereka tidak dapat kita lihat kecuali mereka mengizinkan kita melihat mereka secara langsung. Dan itu hanya dialami oleh orang-orang terpilih saja.

Killer Mermaid sebenarnya lebih masuk ke dalam novel bergenre mstery yang dipadu dengan fantasi dari penulis. Meski dalam penjabarannya, penulis berhasil membuat bulu kuduk meremang dengan perut yang teraduk menahan mual. Mungkin ini semua akan dirasakan oleh kalian semua yang nantinya membaca novel karya Mubarok ini. Dan beberapa akan setuju bahwa setting suasana lebih kepada horror.

“Tutup telinga kalian ketika duyung-duyung memamerkan lengkingannya. Itulah pertanda kematian akan datang.” – Hal. 12

Mubarok seakan menyadarkan kita sekaligus memberikan tamparan besar bagi para manusia yang percaya bahwa duyung adalah makhluk setengah manusia yang cantik, baik dan suka menolong manusia seperti yang diadegankan oleh film-film Indonesia.

Lewat Killer Mermaid, Mubarok membantah semua imajinasi para perfilman tersebut. Di sini, Mubarok memberikan deskripsi yang menakutkan tentang duyung-duyung yang hidup di bawah dasar laut. Jenisnya lebih ganas dari pada taring-taring hiu. Pendendam dan hidup berkoloni. Indera penciuman yang tajam bisa merangsang mereka muncul ke permukaan.

Cerita munculnya duyung ini hampir sama dengan sebuah Film tentang ikan piranha yang mana, awal muncul ikan-ikan ganas ini adalah dari bau alkohol-alkohol yang jatuh di dasar laut hingga membangunkan spesies ikan-ikan tersebut dan membunuh banyak manusia yang dirasa mengancamnya. Bedanya dalam Killer Mermaid, duyung-duyung yang bangun akan terus meneror kita selama dua puluh tahun lamanya. Waktu yang sangat lama hingga menjadikan Maldives lebih tepatnya pulau Maladewa sebgaia pulau petaka.

Liburan yang dirancang menyenangkan oleh Benny, Dadi, Sally, Nurul dan Hanie menjadi petaka yang setiap detiknya memacu kinerja jantung. Setiap tempat di pulau tersebut seakan mengantarkan mereka ke jurang kematian dengan guyung-duyung ganas yang telah siap menunggu bahkan mengejar ke mana mereka pergi.

Suara-suara dan teriakan yang saling bersautan adalah tanda kemurkaan mereka. Bahkan duyung-duyung tersebut bisa membuat badai di lautan dan menggelapkan langit. Satu duyung yang mati terbunuh karena senapan sang pemburu, maka duyung-duyung lain akan menyanyikan sebuah irama yang benar-benar memekakkan telinga.

Keempat bocah dibantu dengan pemburu duyung bernama Olvy berusaha menghentikan teror dari duyung-duyung tersebut. Semua penghuni baik wisatawan domestik maupun manca negara satu per satu mati oleh terror duyung ini. Pilhannya adalah mereka atau duyung itu yang mati di Maladewa ini. Dan untuk membunuh duyung-duyung itu, mereka harus menemukan alamanac yang menjelaskan tentang spesies, ciri-ciri bahkan cara menghentikan terror ini.

“Ratu duyung adalah kunci kita untuk menghancurkan semuanya. Jika sang ratu mati, maka duyung-duyung ikut mati karena tidak ada yang memimpin kerajaan duyung.” -Hal. 131

Membaca novel fantasi-misteri ini berhasil membuat kita berfikir seperti apa sosok duyung yang sebenarnya. Meski sebenarnya Mubarok telah mendeskripsikan dengan detail setiap gerakan, fisik dan juga ciri-ciri dari duyung ini. Bahkan induk-induk duyung bermata merah dengan ekor warna tosca. Bau busuk dengan kulit berlendir seakan benar-benar membuat pembaca berpikir ulang tentang kecantikan dari duyung yang banyak diceritakan sebelumnya. Ini jauh dari bayangan mereka. Seratus delapan puluh persen terbalik dari film yang menampilkan duyung sebagai tokoh utama.

Mengikuti alur cerita dari awal hingga akhir adalah pilihan saya untuk hanyut dan merasakan ketakutan-ketakutan yang ditimbulkan oleh cerita bahkan mendekati akhir cerita, rasa deg-degan dan merinding tetap saya rasakan.


Probolinggo, 06 Januari 2019

Biodata Peresensi.
Agustin Handayani. Perempuan kelahiran Probolingggo, 1996. Aktivis literasi daerah sekaligus anggota Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Probolinggo.


Review Film Raja Ratu dan Rahasia





Judul                : Raja Ratu dan Rahasia
Sutradara       : Findo Purwono HW
Penulis             : Wulanfuadi & Haqi Achmad
Perusahaan    : Starvision
Rilis Film          : 12 Juli 2018

Ratu merasa kesepian sejak kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat dan kakanya, Reon, sibuk menggantikan almarhum papanya di kantor. Diam-diam ia bergabung dengan sebuah ekskul tidak resmi bernama Komplotan Rahasiam yang kemudian berhasil membuat Ratu gembira lagi.
Raja, tukang makan yang dari luar terlihat humoris, berantakan, dan suka berutang di kantin, diam-diam menyimpan rahasia mengenai rencana masa depannya. Raja juga memendam perasaan terhadap Ratu. Rasa itu bertambah dalam ketika Raja ditugaskan untuk menjaga Ratu yang dititipkan di rumahnya selagi Reon bekerja.
Namun ketika mengetahui Ratu bergabung dengan Komplotan Rahasia, Raja luar biasa marah. Raja yang membenci Komplotan Rahasia meminta Ratu keluar, namun Ratu menolak. Kondisi semakin rumit ketika Ratu mengetahui rahasia Raja.
1.     Drama Klise
 Sebuah kisah klise memang, ini hanya bercerita tentang Ratu dan Raja dan bagaimana dunia sekolahan. Ada geng Komplotan Rahasia dimana semua anak-anak menghabiskan sisa harinya dengan bersenang-senang dan saling berbagi canda tawa setelah seharian penuh berpayah ria dengan pelajaran. Meski pada awalnya, geng komplotan rahasia ini bersifat negative, lama-kelamaan berubah haluan dan hanya menjadi ajang pelepas stress dengan positif. Mungkin hal inilah yang menjadi awal Raja sangat membenci kompoltan rahasia. Ia tak ingin kompoltan rahasia mempengaruhi citra sekolah yang dimiliki oleh Mamanya. Dan mengapa juga Raja melarang Ratu masuk ke dalam geng tersebut.
Sedangkan Ratu, ia membutuhkan komplotan rahasia sebagai pelepas rasa sedih karena ditinggal kedua orang tuanya yang mengalami kecelakaan pesawat. Ditambah saat Abangnya menyusul kedua orang tuanya juga, Ratu semakin kesepian. Ratu juga bisa merasakan siapa-siapa saja orang yang akan meninggalkannya, terutama Raja. Ratu tahu bahwa suatu saar Raja akan meninggalkannya untuk melanjutkan sekolah ke Paris. Dan Ratu benci ditinggalkan sendiri.
Namun berkat kegigihan dari Raja, mereka akhirnya dapat bersatu.
“Bila ada Ratu, maka pasti ada Raja.”
2.       Twist Ending yang Membingungkan
Mungkin memang sifat twist ending yang membuat kaget sebuah novel. Dan ternyata memang kita harus membaca versi novelnya terlebih dahulu agar kita paham dan tidak terheran di tengah  adegan. Utamanya, film tidak akan menayangkan semua narasi dengan lengkap. Jadilah, mungkin pilihan membaca versi novel tetap paling utama.
3.       Versi Novel dan Film sangat Laku di Pasaran
Novel yang sebelumnya terbit di wattpad ini berhasil menyita perhatian orang-ornag utamanya remaja untuk membacanya. Hingga dibaca jutaan kali. Dan pastinya semua orang menunggu film yang memang sudah diisukan oleh penulis sendiri saat buku beredar di berbagai took buku.

Berikut review singkat tentang Film ini. Next time, aku akan review Film EL yang juga diadopsi dari novel versi Wattpad. Jangan bosen mampir iya. Tinggalkan jejak berupa komentar. Sess you!



Probolinggo, 12 Januari 2019

Aku Benci Kamu, Bunga!





Aku benci semua hal yang menjatuhkan. Semua orang yang hanya memakai topeng hanya akan aku lirik, tanpa aku hampiri. Jangan mendekati sebuah jurang bila kau tak ingin terjatuh. Apalagi saat di belakangmu ada seroang musuh dalam balik kata teman. Itu adalah pelajaran yang aku dapatkan.
Dan mari kita lihat bagaimana Bunga yang dengan centilnya mendekati lelaki itu. Lelaki yang kemarin sudah aku patenkan untuk mendapatkan hatiku. Seseorang yang aku anggap sahabat, tempat berbagi suka dan duka, malah tengah bermain api di belakangku.
“Cinta itu bisa dibagi, kok,” ujar Bunga dengan nada manjanya. Tangannya yang nakal mulai berani meraba dada bidang lelaki yang sejak tadi hanya bisa diam kaku.
Dia lelaki yang mungkin masih awam dengan sentuhan-sentuhan seorang wanita. Sepertinya lelaki itu memang belum terbiasa dengan kedekatan yang Bunga berikan. Dan aku memang mencintai lelaki itu karena sikap polosnya yang beda dengan yang lain.
“Kamu hanya perlu mencoba dan aku yakin kamu akan berbalik mencintaiku,” ujar Bunga lagi.
Setelah lama terdiam, kali ini lelaki itu balas memandang manik mata milik Bunga. Bunga memiliki mata yang bulat dengan bulu mata lentiknya. Bibir semerah darah dan kulit seputih salju. Dia memang adalah bentuk dari bidadari dunia.
“Mau kamu apa?”
Bunga tersenyum penuh kemenangan. Dia semakin merapatkan diri pada lengan sang lelaki, kemudian berbisik lirih, “aku mau kamu dan cintamu.”
“Bagaimana dengan sahabatmu?”
“Bisa diatur belakangan,” jawabnya dengan kerlingan nakal.
Dan mereka berdua seperti kucing-kucing yang sedang kawin. Berisik dan mendengungkan. Aku melengos. Sudah cukup bersembunyi di balik pohon dan mendengar semua kenyataan bahwa air yang tenang bisa saja membahayakan. Bahwa sahabat yang mendukungmu, bisa juga mendorongmu terjatuh.
“Bunga, terima kasih atas arti persahabatn sebenarnya,” ucapku dengan senyum sinis sembari memasukkan alat perekam yang sejak tadi on.

Probolinggo, 12 Januari 2019

Revan dan Reina



Gambar by Google

Info Film
Revan (Bryan Domani) dan Reina (Angela Gilsha) berteman sejak kecil, karena rumah mereka bertetangga. Dari berteman jadi pacaran, begitulah hubungan unik mereka. Meskipun umur Revan lebih muda 3 tahun, tapi Reina merasa nyaman dekat dengan Revan. Baginya, Revan adalah satu-satunya cowok yang bisa membuat Reina merasa terlindungi dan tertawa di saat terpahit pun.
Tanggal rilis29 Maret 2018 (Indonesia)

Film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang serupa ini menjadi film kedua yang aku review di bulan ini. Sempat penasaran dengan film-film yang diadaptasi dari sebuah novel yang juga diambil dari wattpad dengan ribuan pembaca.

Dan beberapa hal yang aku review. Singkat bisa kita baca langsung di bawah ini.

1.      Film Revan dan Reina adalah Novel Baper yang Nggak Murahan.

Banyak sekali film-film remaja yang tayang pada tahun 2018. Dan Revan & Reina menjadi salah satu film yang juga tayang pada 29 Maret 2018 dengan membawa Bryan dan Angela sebagai pemeran utamanya. Kisah cinta yang klise antara sahabat menjadi sebuah alur klise sebenarnya. Namun, di film ini, alur lebih memfokuskan tentang adanya orang masa lalu (Fabian) yang kembali lagi setelah beberapa tahun pergi. Jelas kedatangan Fabian ini menjadi sebuah konflik pada hubungan Revan dan Reina. Sifat Revan yang dewasa meski umurnya yang selisih 3 tahun dari Reina menjadikan lelaki ini sebagai sosok yang good boy. Tutur kata, cara pandang dan segala sikap Revan berhasil menyita para penonton. Sedangkan untuk tokoh Reina sendiri mungkin sama dengan sifat wanita kebanyakan. Kurang bisa memantapkan hati.

“Ada hokum mutlak yang tak tertulis dan tak terbantahkan bahwa kita dilarang menyakiti perasaan orang lain.”


2.       Adanya Perbedaan antara Novel dan Film

Hal ini sebenarnya lumrah untuk semua film yang diambil dari novel. Hanya saja, perbedaan di sini bukan lagi tentang adegan yang dipercepat, dipotong, dll. Ada beberapa adegan yang berbeda. Semisal, Ibu Reina yang versi novel baru pulang dari Lombok dan membawakan oleh-oleh untuk Revan, malah mengalami perbedaan di versi Film. Ibu Reina difilmkan baru pulang dari Surabaya. Jelaslah lokasi di sini berbeda.

3.       Kekurangan dari Film ini

MD Entertaiment, sebenarnya sudah mengemas film ini dengan sangat apik. Dan untuk film ini dianjurkan untuk semua jenis umur karena tidak adegan yang berbahaya. Semua adegan remaja yang ditampilkan aman. Hanya saja, ada beberapa adegan yang dalam novel sangat lucu, terpaksa hilang di dalam versi film. Film lebih memfokuskan tentang Revan dan Reini dari pada keseruan teman-teman Revan yang kocak dan bagaimana dunia sekolah.

Dari semua poin yang aku jabarkan di atas, Revan dan Reina berhasil aku setelah berulang kali untuk menghibur perasaanku. Happy watching, Friends. J

Probolinggo, 8 Januari 2019

Resensi Novel Ikan Kecil

Radar Madura, 16 Maret 2020 Menerima Takdir dan Belajar Kesabaran dari Cobaan Judul               : Ikan Kecil Penulis...