Foto By. Group KSN
Yani,
Just it
Tepat hari
ini keluarga KSN sedang sibuk di dapur Hayday. Nenek Sutianah yang memeras susu
sapi, Fitri Niswani yang memanen gandum, Yuanda Isha sedang mengambil beberapa
telur di peternakan. Sedangkan Ellis dan Jumhari bertugas menghitung
pengeluaran belanja semalam. Semua orang hilir mudik untuk menyiapkan pesta
besar hari ini. Sedangkan aku? Aku berada di depan kompor dan bertugas membuat
masakan pembuka.
"Nduk,
kamu buat apa?"
Aku
terperanjat. Hampir saja aku melempar piring tepat ke wajah orang tersebut.
Tanpa hujan dan angin, kak Fitri sudah berada di belakangku sembari
memperhatikan isi wajan.
"Aku
buat nasi goreng, kak," jawabku mantap.
Tampak Kak
Fitri yang memandang ngeri pada 'nasi goreng' buatanku.
"Kamu
yakin ini nasi goreng?" tanyanya yang langsung aku angguki dengan cepat.
Tampak Kak
Fitri menghela napas pelan, "baiklah. Berdoa saja Kakek Jon nggak akan
keracunan setelah makan nasi gorengmu."
Aku menggaruk
kepala belakangku bingung. Memangnya ada yang salah dengan nasi goreng
buatanku? Sepertinya tidak, pikirku tak yakin.
"Nduk,
setelah masak bantuin Kakak buat kue, ya!" teriak Kak Yuan dari arah
peternakan.
Baiklah.
Keluarga KSN memang sangat megah. Banyak sekali peternakan yang berjejer di
halaman belakang. Peternakan sapi, ayam, bahkan babi. Dan hari ini semua hewan
tersebut harus segera diternak untuk dibuat pesta kelahiran Kakek Jon.
"Nduk,
tahu bedanya tepung ini?" Kak Ell yang tadi sibuk dengan uangnya kini
nampak memegang 2 jenis tepung di kedua tangannya.
Lagi. Aku
menggaruk kepalaku.
"Ngh...
Yang kanan itu terigu dan yang kiri itu kanji, kak," jawabku ragu. Sial.
Aku tidak hapal jenis-jenis tepung. Memangnya apa gunanya jenis-jenis tepung
jika sama-sama berwarna putih dan halus? Sama saja.
Dengan
semangat semua keluarga mulai mengaduk adonan masing-masing. Nenek sudah
berhasil membuat beberapa kue dan spageti untuk hidangan tamu. Kak Fitri yang
hanya bisa masak makanan berkuah hadir dengan mie kuahnya. Sedangkan kak Yuan
dan kak Ellis datang dengan nghh... Kue yang katanya kue tart.
Kak Jumhari
yang tepatnya seorang lelaki tunggal di dapur segera keluar dan bertugas
mengundang beberapa tamu agar ikut dalam pesta meriah hari ini.
Semakin sore,
semua tamu sudah berdatangan. Ada yang menggandeng pasangan, anak, bahkan
keluarganya. Akan tetapi, banyak juga yang hanya menggandeng tangannya sendiri
seperti Eyang Guntur, Mbah Sang Fakir, Kak Nana, Sherrly, dan Akang Dhiaz.
Tepat pukul
19.00 waktu bagian Indonesia pelosok, Kakek turun dari kayangan, eh salah ding.
Kakek turun dari tangga dengan sarung yang ia selempangkan di bahu.
Sambutan oleh
beberapa teman dan keluarga hingga acara potong kue dan doa. Kakek memejamkan
matanya erat, seakan bila mata itu terbuka maka setan yang akan berada di
depannya.
"Aku
harap ada bidadari keseleo yang jatuh tepat di depanku," pinta Kakek
dengan sangat keras
Bruk.
Budadari
keseleo benar-benar jatuh.
Putri Aditya
dengan wajah polosnya tersenyum ke arah kakek Jon yang sudah merapalkan doa
amit-amit.
"Mas
Jon, aku padamu!"
Dan aksi
India benar-benar terjadi di dalam ruang tamu KSN. Kakek terus berlari saat Kak
Putri tiada lelah mengejarnya mengitari ruang tamu ini.
Saat semua
tamu tertawa dengan geli, mungkin aku hanya satu-satunya orang yang melongo
kaget. Tidak terima dengan hal itu, aku langsung menghadang Kakek Jon dan
menarik tangannya ke arah deretan masakan keluarga.
Dengan
percaya dirinya, aku mengambil piring dan menyodorkan hasil masakanku pada
Kakek.
"Ini
nasi goreng kasih sayang dari adekmu," ucapku sambil menyendok nasi
tersebut, bersiap menyuap Kakek.
"Bentar,
Nduk," ucap Kakek menahan sendok tersebut.
"Kamu
buat nasi goreng apa beras goreng?"
"Hah?"
Belum aku
mengeluarkan jawaban, Kak Fitri datang dengan masakan berkuahnya.
"Mas Jon
ini masakan berkuah yang aku buat spesial."
"Dek
Fit, mie kuah nggak bisa dikatakan masakan. Nggak usah ulang tahun, aku sering
makan mie kuah," gerutu Kakek Kesal. Kakek mengalihkan pandangannya ke
samping kanan di mana Kak Yuan dan Kak Ell tengah mengedipkan mata seakan
berkata 'ini masakan yang bener'.
Dengan bibir
yang tersenyum merekah, Kakek langsung menghampiri mereka dan tanpa aba-aba mencolek
kue ukurang besar tersebut.
"Byahhh."
Kakek segera
memuntahkan makanannya dan memandang Kak Yuan serta Kak Ell dengan padangan
horor.
"Kalian
buat kue atau buat lem sih?"
"Kamu
menghina saya? Saya buat kue ini khusus kamu. Saya sudah beli tepung kanji yang
banyak biar kue ini bisa ngembang," jelas Kak Yuan yang merasa tersinggung
dengan muntahan Kakek.
"Ini
mereka lagi ngerjain aku, kan?" Batin Kakek ngenes.
Tidak ada hadiah
yang 'benar' dari keluarganya. Tidak juga dengan doanya yang mendapatkan hadiah
'salah'. Ulang tahunnya kali ini adalah hari paling ngenes se-dunia baginya.
"Kakek!"
Aku memegang bahu kakek pelan. Memberi sebuah senyum termanis yang diharapkan
bisa menular untuk Kakek.
"Tiada
hadiah terbaik dari kami untuk hari kelahiranmu. Tidak kak Putri dengan
hadiahnya, Aku dengan beras goreng, Kak Fitri dengan mie kuah, maupun kak Ell
dan Kak Yuan yang membuat kue lem."
Detik
berikutnya yang sudah sesuai dengan skenario, Eyang Guntur mulai membacakan
sebuah puisi yang berkolaborasi dengan Embah Sang Fakir.
Setelah
mereka selesai dengan puisinya, aku segera melanjutkan ucapanku.
"Aku
tahu Kakek tak suka aksara panjang. Maka kami, secara langsung tanpa bertele-tele
lagi, kami keluarga KSN hanya bisa berdoa semoga yang terbaik untuk Kakek
ke depannya."
"Barakallah
fii Umrik, Kakek."
"Doa
terbaik untukmu."
"Sehat
selalu."
"Bahagia
selalu."
"Dan
ingatlah, Kek. Doa kami tak pernah sehancur makanan buatan kami."
Malam itu,
semua makanan utuh di atas meja seakan menjadi saksi bisu bahwa dalam sebuah
pesta, mereka tak membutuhkan makanan. Tapi doa dan saling berbagi bahagia.
"Sial,
Mbah. Aku kelaperan," umpat Eyang Guntur.
"Podo,
Eyang. Aku yo ra mangan dek omah ben iso gratisan dek kene," timpal si
embah Sang Fakir
"Makan
ae kalo kalian mau keracunan," selaku pada Eyang dan Embah yang
langsung mengumpat bersamaan.
Aku terkikik
dengan hancurnya pesta malam ini namun jejak kasih sayangnya menempel erat di
dada.
Ini bukan
cerita, baik itu cermin atau cerpen. Ini hanya sebuah khayalan seorang gadis
yang gagal membuat puisi dan beralih ke cerita absurd ini. Apapun itu, baik
buruknya tulisan ini, tetap terselip doa paling tulus dari adekmu, Kek. Dari
keluarga KSN pada Kakek Jon yang paling kami sayang
Sukses dan
bahagia selalu, Kakek
Prb. 10
Agustus 2018
(Pukul. 00.00
tepat pergantian umur Kakek tercinta, Jon)