Semakin Luka Di sini




Karya. Yani

Semakin menganga luka semalam
Tangis-tangis yang tak lagi lirih
Bersautan dengan hati yang menjerit lara
Kekecewaan semakin menganga perih

Dendam-dendam bagai ayat yang kurapalkan
Berniat dalam hati 'tuk menjauh saja
Pun dengan hati yang kuhipnotis tuk membatu
Anggap dia sebagai angin lalu

Namun, luka tetap luka
Semakin kurasakan, perih mendera
Duka luka akan selalu terasa
Karena dia yang semakin timbulkan lara

Probolinggo, 01 05 2018

Dan Biarkan, Kami (Perempuan) Memesan Takdir




Tepat pukul 14.00 WIB, ternyata lagi-lagi Probolinggo memberikan sebuah acara besar di Dunia Literasi. Probolinggo yang memiliki sebuah organisasi literasi daerah yaitu Komunlis berhasil mengisi Hari Kartini kali ini dengan sesuatu yang indah dan pastinya lebih bermanfaat.

Sukses dengan acara-acara sebelumnya, Komunlis (Komunitas Menulis) mengundang seorang penulis muda bernama W Sanavero. Perempuan kelahiran Blora, 17 Januari 1995, seorang perempuan yang kini sedang sibuk melakukan booktour album prosanya yang berjudul, Perempuan Memesan Takdir".

Dalam album prosa yang sangat manis ini memang menceritakan bagaimana perempuan-perenpuan dalam album ini berinteraksi dengan kekasih, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Tuhan.

Pembawaan yang apik dan unik menjadi ciri khas dari album ini. Pengungkapan fakta-fakta yang sebelumnya telah melakukan riset selama setahun lebih menjadikan karya ini sangat bagus dan 'Wow'.

Bahkan menurut Penulisnya sendiri, semua karya di dalam album prosa ini adalah pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi di sini bukan hanya dialami oleh penulis sendiri, namun juga sekitarnya yang menjadi proses kreatif dalam pembuatan album prosa ini.

Kedatangan penulis sendiri ke Probolinggo, memang tanpa sengaja memiliki moment yang pas sesuai dengan judul album prosa ini. Hari Kartini dan Perempuan yang Memesan Takdir. Bahkan dari banyaknya pengunjung kali ini, perempuan memang mendominasi. Sehingga, para pemantik diskusi, moderator bahkan Narasumber bisa secara gamblang memberikan pesan dan kesan kepada perempuan sesuai dengan album prosa ini.

Pengunjung yang sebagian besar adalah pelajar, membuat para pemantik, moderator bahkan narasumber berhati-hati dan memilah kata untuk mengungkapkan isi album tersebut. Album Prosa yang memang disajikan untuk usia 18+, hingga dalam penyampaian harus lebih diperhalus lagi. Namun, semua kembali pada pembaca. Seperti yang dikatakan Sanavero, setelah buku-buku ini dicetak, maka buku tersebt bukan miliknya lagi. Layaknya anak, mereka akan menemukan orang tua baru dimana orang tua baru itulah yang akan menyikap anak-anaknya. Bagaimana pembaca akan menyikap album Prosa ini ke depannya. Apakah hanya menjadi kata dan frasa, atau dijadikan pegangan dan kekuatan untuk bertindak ke depannya.

Acara terakhir dari Komunlis ke #5 ditutup dengan edisi foto bersama penulis. Selanjutnya, harapan yang mungkin tak tersampaikan secara tersurat, namun tersirat adalah harapan semoga dengan rentetan acara yang telah dilewati ini, bisa dijadikan pendorong/motivasi bagi semua teman-teman yang sudah datang maupun tidak agar bisa lebih berani mengutarakan gagasan, dan tampil 'unik' tanpa rasa terkekang sama sekali. Carilah diri kita sendiri agar kita bisa lebih berekspresi lagi. Tak ada yang bisa menjatuhkan kita, bahkan diri kita sendiri. Bila kita tak memiliki kaki, biarkan tangan yang menjadi penonggak. Bila kita kaku tak bisa bergerak, biarkan aksara kita yang melangkahi Dunia.
Selamat Hari Kartini bagi wanita-wanita Hebat di seluruh Dunia.
Di tanganmu tergenggam takdir yang suci dan indah.

Probolinggo, 21 April 2018

Resensi Novel Ikan Kecil

Radar Madura, 16 Maret 2020 Menerima Takdir dan Belajar Kesabaran dari Cobaan Judul               : Ikan Kecil Penulis...