Stop Bullying!

Yani, Just it

Stop Bullying!

Sikap pembulian akhir-akhir ini memang sangat marak diberitakan oleh beberapa media. Bukan hal baru lagi saat berita menayangkan korban pembulian yang mengalami kekerasan fisik maupun mental. Lebih mirisnya lagi adalah, pihak yang melakukan pembulian adalah anak-anak remaja yang bahkan masih memakai seragam sekolah. 

Bahkan Masa Orientasi Sekolah pun di jadikan sebagai waktu paling pas untuk melakukan pembulian. Pihak-pihak yang merasa senior akan mengerjai siswa-siswa baru demi kesenangan dirinya. Hingga berujung pada kekerasan fisik yang fatal. 

Salah satu kebudayaan yang sangat susah untuk dihilangkan. Bahkan pihak sekolah seakan juga tak bisa berbuat lebih banyak selain menegur beberapa siswa. 

Menurut saya, pembulian bisa diatasi dengan sikap 'berani melawan' oleh korban. Pihak yang merasa menjadi korban harus memiliki sikap berani dan bela diri untuk melawan tindak pembulian tersebut. 

Sedangkan bagi pihak pelaku. Seharusnya mereka lebih bisa menjaga sikap dan berpikir panjang tentang akibat perlakuan mereka yang tidak benar. Mereka harus memiliki empati yang besar dan rasa kasihan pada korban-korban yang menjadi sasaran mereka.

Marilah kita hidup rukun tanpa tindak kekerasan. Baik fisik maupun mental. Bila sejak kecil sudah ditanamkan sikap kriminalitas, bagaimana saat dewasa nanti? Apakah mereka bercita-cita menjadi penjahat?

Manusia yang cerdas adalah manusia yang selalu berpikiran panjang dan memiliki hubungan baik dengan sekitarnya. Stop Bullying, Now! 

Bulan Bahasa Tahun ini, Meriahkah?

Yani, Just it

SMAN 3 Probolinggo, sekolah negeri yang berlokasi di Jl. Jeruk 66-68, Wonoasih. Sekolah yang lebih umum disapa SMAGA. Setiap tahunnya SMAGA akan selalu merayakan Bulan Bahasa sebagai pesta kecintaan kita terhadap keanekaragaman Bahasa.

Bulan bahasa yang direncanakan pada akhir bulan Oktober itu masih menjadi rahasia bagi para penghuni Sekolah. Hanya saja beberapa siswa berharap kerja Tim OSIS lebih memeriahkan Bulan Bahasa kali ini. Bila mungkin harus lebih meriah dari Bulan Bahasa dua tahun lalu yang mengundang Sekolah SMP/SMA sekota-Kabupaten Probolinggo untuk bergabung di SMAGA dan melaksanakan serangkaian acara yang sudah disusun.
SMAGA yang dua tahun lalu menjadi tuan rumah untuk acara tersebut banyak menuai pujian dari khalayak umum. Beberapa acara yang menatang hingga menghibur benar-benar memikat bagi para peserta.
Ada pidato Bahasa Inggris, Penulisan Huruf Jepang Katakana, Teater, Tes Bahasa Jepang serta penampilan Anime dan juga karaoke. Serentetan acara yang digelar dari pagi hingga sore itu benar-benar membuahkan hasil yang menakjubkan. Semua tamu dan peserta pulang dengan wajah puas yang nampak jelas. Lantas, bagaimanakah Bulan Bahasa Tahun ini?
"Semoga Bulan bahasa tahun ini lebih meriah lagi dan bisa mengundang sekolah lain agar bergabung dan berpesta di bulannya berbahasa ini," ucap seorang siswa yang kini tengah duduk dibangku akhir sekolah.

Probolinggo, 16 10 18.

Resensi di Kota Tuhan




 
 Foto. Jabbar Abdullah

Dokumentasi Radar Mojokerto 23 September 2018

Romantisisme Kenangan dalam Puisi di Kota Tuhan

Judul                           : Di Kota Tuhan Aku adalah Daging yang Kau Pecah-Pecah
Penulis                         : Stebby Julionatan
Penerbit                       : Indie Book Corner
Jumlah Halaman          : 130 Halaman
Terbitan                       :  Cetakan Pertama, 2018
ISBN                           : 978-602-3093-33-5
Jenis                            : Kumpulan Puisi
Sebelum membaca isi dalam buku ini, mungkin beberapa orang akan bertanya-tanya tentang apa itu ‘Kota Tuhan’? Apa maksud  penulis dari ‘Daging yang Kau Pecah-Pecah’? Saya kira memang itu adalah pertanyaan mendasar saat kita disodorkan buku bersampul putih ini.

Setiap penulis memiliki cara dan ciri dalam mengekspresikan yang ia tulis dalam karyanya, apa yang ia rasakan, lihat bahkan apa yang ia dengar. Bagaimana dengan Stebby Julionatan? Penulis asal kota  Probolinggo ini rupanya memiliki sebuah keunggulan dalam karyanya kali ini. Di Kota Tuhan Aku adalah Daging yang Kau Pecah-Pecah merupakan kumpulan puisi yang dibagi menjadi dua midrash dimana dalam proses penyelesaiannya membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Proses yang panjang dimana perenungan dan pematangan karya sangat dirasakan oleh Stebby.

Mengusung lokalitas, Stebby menceritakan setiap sudut kota Probolinggo dengan romantisme yang mampu menggelitik perasaan. Rabu dan Biru adalah dua tokoh yang seakan mengantar bagaimana penulis mempuisikan apa yang ia rasakan. Keunikan lainnya dalam puisi ini adalah penyajiannya yang ditulis seperti ayat-ayat seperti dalam alkitab. Penggunaan diksi yang sangat indah serta untaian kata yang mampu membawa kita kesebuah kenangan yang mungkin memang dilalui oleh penulis secara pribadi.
1 Bromo seperti bentangn yang membawa kembali kenangan.
2 Ia seperti rentang yang memeluk kembali kenangan.
… (Hal.36)

Dalam salah satu puisi di Midrash pertama, Stebby rupanya ingin mengajak kita bermain-main dengan kota Probolinggo dan kenangan yang ia miliki. Dalam puisi ini, Bromo menjadi sebuah sorotan puisi kenangan yang penulis rasakan. Bahkan pemilihan kata dalam kalimatnya seakan melemparkan kita tepat di hamparan pasir Gunung Bromo sembari merasakan apa yang dirasakan oleh penulis kala itu.
Pada sebuah puisi yang diberi judul, “Serva Ordinem et Ordo Servabit Te”* (Taatilah ‘Hukum’ maka ‘Hukum’ pun akan baik terhadapmu). Meski dalam puisi ini terbilang sangat pendek, rupanya tak sependek maka yang terkandung. Sempat saya berpikir –mungkin begitu dengan orang lain- bahwa puisi ini adalah jantung dari buku yang sangat apik ini. Berikut saya tampilkan puisi utuh tersebut:

1 Di Kota Tuhan aku adalah daging yang kau pecah-pecah. 2 Darah yang kau alirkan di sepanjang Efrata. 3 Mengikutimu adalah sedih tu sendiri
4 Biru, apakah jawabmu?
5 Ya, dengan segenaphatiku.

Sebelumnya penulis memang sempat menjelaskan bahwa arti dari Kota Tuhan sendiri adalah sebuah kota yang dianugerahi kepada penulis, sedangkan ‘daging yang kau pecah-pecah’ lebih merujuk pada anugerah yang diberikan kepada manusia bukan hanya untuk dirinya, melainkan untuk dibagi ke sesama.

Biru tak ingin mencintai Hari selain Rabu. Iya. Diambil dari judul salah satu puisi di midrash pertama, seperti itulah kesimpulan yang bisa kita ambil dari sekian banyak puisi dalam buku ini. Tidak pernah ada Biru dengan hari selain Rabu. Bahkan kita seakan bisa menangkap bahwa Biru dan Rabu adalah jodoh yang ditakdirkan berada di Kota Tuhan untuk saling berbagi pengalaman dan cerita tentang bagaimana kenangan dari masa kanak-kanak hingga pencarian jati diri.

Keseluruhan karya puisi ini memang sangat cocok untuk dinikmati oleh banyak pembaca. Seperti pada hakikatnya sebuah puisi, saat puisi tersebut jatuh pada tangan pembaca, maka setiap pembaca akan memiliki caranya sendiri dalam menafsirkan. Dilengkapi dengan gambar tempat-tempat yang menjadi setting puisi tersebut, bisa menjadi kekuatan sendiri bagi kumpulan puisi ini. Bagi orang-orang luaran sana, mereka akan lebih bisa mengenal Probolinggo, sebuah kota yang bahkan di Peta hanya sebuah gambar tak aturan berwarna biru dengan batas daerahnya.

Rabu dan Biru, saya harap mereka dapat mengantarkan banyak orang di luar sana tentang seperti apa itu Kota Tuhan kami, Probolinggo. Buku inipun bisa menjadi referensi bagi pembaca untuk lebih mengenal Probolinggo dan kenangan yang meski sekecil apapun layak untuk dikenang.

Probolinggo, 08 September 2018




Resensi 3 Saudara 1 Hati

Yani, Just it

 

Cinta yang Sama
Judul                          : 3 Saudara 1 hati
Penulis                       : Syarifatul M
Penerbit                     : Arsha Teen
Terbitan                     : September 2017
Jumlah Halaman      : 191 Halaman

3 Saudara 1 Hati adalah sebuah novel yang diterbikan dari hasil project ABNT pada tahun 2017 lalu. Menceritakan bagaimana sebuah hubungan keluarga yang sangat rumit dan aneh. Sangat jauh dari kata keluarga harmonis. Sebuah hubungan keluarga yang seakan berdiri sendiri. Orang tua denga kesibukan kerja, dan saudara yang sibuk dengan urusan masing-masing.

Bercerita tentang anak pertama atau si Sulung, Nirmala. Memiliki watak yang cukup mandiri dan tangguh sebagai seorang Kakak. Di awal cerita bahkan aku merasa Nirmala ini hanya akan jadi angin lalu yang sekadar lewat dalam cerita, tapi ternyata Nirmala lah yang seakan penggiring cerita hingga ke akhir. Ditemani oleh lelaki special dalam hidupnya, Ardhi.

Anak kedua, Jovita. Wanita tomboy dengan sahabatnya Arthur. Memiliki sifat tomboy yang cuek. Namun, memiliki sebuah hati yang baik dan suka menolong. Andi, lelaki pertama yang berhasil membuatnya merasakan jatuh cinta. Jovita atau kerap disapa Vita paling tidak suka berteman dengan wanita. Hampir semua temannya adalah lelaki, tapi yang paling dekat memanglah hanya Arthur. Lelaki yang diam-diam menaruh rasa pada wanita tomboy itu. Hingga cinta pertamanya ternyata jatuh pada Andi bukan Arthur.

Si Bungsu, Adara. Cewek cantik yang masih menginjak SMU. Dari sini aku kira dia akan menjadi tokoh utama dari cerita karena Adara dan Reyhanlah yang menyambut cerita 3 Saudara 1 Hati ini. Adara dan Reyhan saling mencintai, tapi mereka sama-sama diam dan menikmati kedekatan yang terjalin. Hingga datanglah Dika. Lelaki yang berhasil membuat Adara berpaling dari Reyhan.

Bagaimana jadinya bila Ardhi, Dika dan Andi yang dibicarakan oleh ketiga saudara tersebut adalah satu orang? Ardhi Andika. Lelaki dewasa dan pekerja keras. Charisma yang dimilikinya ternyata mampu membuat 3 saudara jatuh hati sekaligus. Meski sejak awal, Ardhi hanya mencintai satu wanita, Nirmala. Teman semasa kuliahnya.

“Bukan sekadar ingin memiliki, dalam diam kusimpan cinta dalam hati.” –Adera Freedella

“Sahabat dan cinta, mereka dua hal yang berbeda.” –Jovita Clara

”Kita berdua sudah sama-sama dewasa, apa sesulit itu mengatakan bahwa kita saling suka.” –Nirmala Alyssa

Dari ketiga saudara yang mencintai satu lelaki yang sama membuat alur dan plotnya lebih menantang. Sebuah konflik keluarga yang saling tidak peduli juga menghiasi cerita ini. Hingga ada banyak amanat yang dapat kita petik dari ini. Keluarga bukan hanya membutuhkan aliran uang atau dana, melainkan juga kasih sayang dan cinta. Seperti itulah yang coba dijabarkan oleh Novel ini. Selalu ada kejutan dari terbongkarnya rahasia dalam keluarga tersebut. hingga cerita ini akan ditutup dengan menyatunya mereka di cinta masing-masing serta kasih sayang orang tua yang kembali di rasakan.

Keseluruhan aku sangat suka dengan cerita ini. Dengan bahasa yang ringan, penulis berhasil membawa setiap peristiwa terlihat bermakna dan tidak membosankan.

Probolinggo, 12 Oktober 2018

Resensi Novel Ikan Kecil

Radar Madura, 16 Maret 2020 Menerima Takdir dan Belajar Kesabaran dari Cobaan Judul               : Ikan Kecil Penulis...