Alasan Menjadi Anggota FLP!




"Rumah bagi penulis adalah sebuah organisasi yang menjadi wadah sekaligus tempat belajar bersama." -Yani, FLP Probolinggo.



Seseorang mungkin bisa menulis sendiri, namun untuk menjadi seorang penulis, kita butuh teman, wadah, dan juga segala hal lainnya yang bisa membuat kita maju dan terus berproses. Tidak ada penulis yang langsung meraih kesuksesan dan berada di titik tertinggi tanpa melalui proses. Maka dari itu, seyogyanya kita belajar mencintai proses. Dan dalam proses tersebut, ada banyak penulis yang melaluinya dengan kisah masing-masing.
Forum Lingkar Pena adalah sebuah wadah sekaligus menjadi rumah untuk para penulis agar terus berproses, dan belajar hingga sukses dan menjadi penulis yang bermanfaat. Banyak teman, saudara, motivasi serta dukungan yang membuat kita bisa terus tegak dan kokoh dalam usaha kita menjadi penulis yang bermanfaat.
Dari sebuah artikel ini, saya akan memaparkan alasan-alasan yang membuat saya wajib bergabung dengan FLP terutama FLP Probolinggo.

1. Berawal dari Kegelisahan.

Minat baca memang sangat kecil, apalagi dengan minat menulis. Dari sini, saya berpikir bagaimana bisa saya meningkatkan minat baca kota (Probolinggo) agar lebih tinggi lagi. Dan karena saya sendiri memang menyukai dunia literasi sejak dulu, meski hanya membaca, saya pun mencari komunitas dan organisasi daerah yang bisa menjadi wadah agar membantu meningkatkan minat baca remaja. Saya ingin menjadi bagian untuk mendukung semua kegiatan literasi di zaman ini. Karena, kesadaran diri bahwa seseorang yang cerdas adalah mereka yang gemar membaca.
Secara global, FLP memang sangat sukses menjadi sebuah jawaban untuk meningkatkan minat baca dalam masyarakat.
2. FLP adalah wadah

Sangat banyak rintangan dalam menjadi penulis. Misal, patah semangat, malas, lelah, tidak ada ide, dll. Itu semua adalah kegelisahan lainnya yang sering dirasakan oleh penulis manapun menurut saya. Maka dari itu saya berpikir bagaimana caranya menghilangkan kegelisahan yang ini? Oh, iya! Saya harus memiliki teman sehobi dan sejalur dengan saya. Merekalah yang nantinya akan terus mendorong kita dan memberi Semangat. Selalu ada kata-kata, "sukses, ya!" , "jangan patah semangat!" , "gitu saja pasti kamu bisa, kok!" , "kami percaya sama kamu!" Dan banyak lagi kata-kata dukungan yang mau tidak mau memang sangat berpengaruh untuk kita semua. Akan ada saat di mana kita berpikir, "Oh, ya! Jika mereka percaya saya bisa, kenapa saya harus pesimis?"

Itu adalah pemikiran kenapa saya harus memiliki rumah (FLP) untuk menjadi tempat saya mencari semangat dan dukungan dari mereka.  Karena Kegelisahan itu tidak datang sekali dua kali. Kadang berkali-kali yang membuat saya semakin gencar bertukar pikiran dan meminta dukungan teman-teman.

FLP sebagai wadah juga mengenalkan saya kepada penulis-penulis lainnya. Mereka akan dengan senang hati bertukar cerita perjuangan mereka hingga bisa sampai di titik ini. Tidak ada yang instan di dunia ini, mie saja harus dimasak sebelum di makan. Apalagi menjadi penulis. Harus ada usaha dan pengorbanan di setiap langkahnya. Dari sini kita pasti akan semakin semangat setelah mnedapatkan pengalaman dari temna-teman yang seperti “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.”

3. Luruskan Niat, Berikan Manfaat.

Jika ditanya apa yang harus dimiliki penulis saat pertama kali ia menulis, pasti jawabannya adalah niat. Apa niat kita menulis? Sebelumnya, mungkin saya tidak memiliki keinginan yang muluk-muluk. Niat saya hanya untuk menulis saja. Hingga saat saya mulai tergabung di FLP, saya paham niat menulis saya masih belum benar. FLP mengajarkan kita menulis untuk berbagi manfaat untuk sekitar. Seperti yang kita tahu, dengan tulisan, kita seakan hidup dalam keabadian. Dengan tulisan, kita menembus ribuan kepala untuk berbagi kebaikan dan manfaat. Karena itulah, adanya FLP benar-benar membantu saya untuk terus membenarkan niat dan beribadah lewat tulisan.

4. Pengalaman, Pelajaran, sekaligus Pengetahuan

Forum Lingkar Pena juga memberikan saya pengalaman dalam berorganisasi di masyarakat. Mereka memberikan saya kesempatan untuk ikut aktif bergabung dalam segala acara yang dilaksanakan. Banyak acara yang diselenggarakan oleh Forum Lingkar Pena yang semakin menambah pengalaman saya, sekaligus menjadi ide dan pondasi untuk saya terus menulis.

Pelajaran. Di sini banyak sekali pelajaran yang bisa saya petik. Cara menyikapi diri, cara menulis yang baik, dan seperti apa tulisan bermanfaat itu, dan juga menjadi motivator untuk orang lain agar tidak patah semangat.

Pengetahuan. Forum Lingkar Pena bukan hanya memiliki penulis Fiksi. Ada banyak penulis non fiksi yang tergabung  di sana. Dari hasil karya mereka lah saya mendapatkan sebuah ilmu baru dan pengetahuan lainnya. Saya tidak selalu hidup dalam dunia imajinasi (fiksi), namun juga menyeimbangkannya dengan dunia riset dan ilmiah.

5. Saudara

Ada yang beda dengan pergaulan di Forum Lingkar Pena. Apa? Persaudaraan yang terjalin. Kita sama-sama saling mengingatkan tentang agama dan syariat Islam. Jadi, FLP bukan lagi hanya tentang Menulis, tetapi tentang berdakwah lewat tulisan. Seperti sekali mendayung, tiga pulau terlampaui. Atau sembari menyelam, kita minum air. Maka, selagi belajar menulis, kita juga belajar keagamaan.

Mungkin itulah beberapa alasan kenapa saya memilih FLP sebagai wadah yang wajib saya ikuti. Karena menulis bukan lagi tentang membuang kegelisahan, namun juga tentang berbagi manfaat, berdakwah lewat tulisan. Jadi, bagi teman-teman yang belum tergabung, saya ingatkan untuk segera bergabung. Dan bagi yang sudah bergabung, salam literasi untuk kita semua!

“Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian Milad FLP 22Th” Blogger FLP



Probolinggo, 25 Maret 2019






Resensi Purple Prose



Gambar. I Made Sunjaya


Bali dan Kenangan yang Kembali

Judul                : Purple Prose
Penulis             : Suarcani
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Terbitan          : Oktober 2018
Halaman         : 304 Halaman
ISBN               : 9786020614137
Tidak ada sebuah masa lalu yang bisa terbebas dalam diri kita. Sejauh apapun kita berlari untuk menjauh, masa-masa kelam dahulu sebenarnya tidak pernah pergi. Ia tepat berada di balakang kita. Bisa jadi berupa bayang-bayang hitam yang selalu menemani kita disetiap langkah. Itulah yang sepertinya ‘pas’ untuk mengungkapkan bagaimana masa lalu dan keberadaaannya dengan diri kita sendiri.
Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk terbebas dengan masa lalu? Terus berlari dan mengindar seperti pengecut yang penakut? Mungkin seperti itulah yang Galih lakukan selama tujuh tahun ini. Karena masa lalu kelamnya, bahkan teramat kelam hingga membuatnya terjebak dalam suatu dimensi bernama penyesalan, ia melarikan diri ke Jakarta dan mencoba memulai babak baru dalam hidupnya. Kejadian yang membuatnya diburu oleh mimpi serta rasa bersalah.
Bali dan segala keindahan ternyata membuainya dalam sebuah pergaulan yang benar-benar membuatnya berada  di masa-masa kelam. Mahasiswa yang seharusnya fokus belajar, malah membuat Galih berada di jalan yang salah. Narkoba dan teman yang salah. Semuanya berakibat fatal. Dimulai dari Galih yang dihadapkan pada sebuah musibah kematian Reza dan juga peristiwa yang menariknya dalam kubang dosa. Tidak cukup ia menerima amukan warga serta keluarga Reza yang tidak terima anaknya meninggal lantaran overdosis. Galih bahkan harus mendapatkan musibah saat ayahanya terkena serang jantung dan meninggal dunia. Seperti kata pepatah, ‘sudah jatuh tertimpa tangga pula’. Itulah masa-masa sulit bagi Galih, hingga ia memustuskan lari sebagai pengecut.
“Jakarta menyelamatkan masa depannya, tapi tidak bisa melindunginya dari masa lalu. Dan, masa depan yang damai tercipta jika kita masih takut pada masa lalu.” –Hal 15
Sejauh apapun, Galih harus kembali lagi ke Bali lantaran tugas kerjanya. Ia harus rela dipindah tugaskan ke Bali sekaligus menghadapi masa lalunya. Bertemu dengan teman-teman lama yang membuatnya masuk dalam masa kelam hingga pertemuan dengan Roya. Wanita aneh dengan kebiasaan unik setiap sedang gugup atau dalam banyak pikiran. Roya akan selalu menghidupkan dupa yang asapnya tebal untuk menenangkan segala pikirannya. Wanita kikuk, pendiam, selalu ditindas, dengan kata meminta maafnya tanpa tahu apa yang salah dari dirinya. ia hanya tahu bahwa ia pembuat kesalahan dan ceroboh.
“Puple prose, kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya prosa ungu.” - Halaman 162
Galih dan Roya, tanpa mereka sadari mereka sedang berada dalam zona yang disebut dengan prosa ungu. Sebuah kesia-siaan dari penyesalan yang belum mampu mereka hadapi dengan tegas. Roya dengan segala rasa bersalahnya terhadap masalah yang menimpa adiknya, Kanaya. Roya selalu menyalahkan diri atas trauma yang menghancurkan Kanaya hingga detik ini. Dengan setting waktu yang sama, tujuh tahun lalu.
Dengan waktu yang sama tersebut, Kanaya, Galih, Roya, dan kenangan itu seakan memiliki benang merah yang menyambungkan perkeping kenangan dan membuat sebuah batas antara mereka masing-masing. Kemarahan yang memuncak, penyesalan yang semakin mendalam, dan juga kepasrahan untuk saling melepaskan. Bukankah dunia memang sangat sempit dan sulit?
Novel ini bukan hanya melulu tentang kisah cinta. Namun, banyak nilai social yang dapat dipetik. Tentang hubungan manusia dalam suatu instansi yang harus bisa saling menghargai. Bagaimana kita harus bertanggung jawab bila berbuat kesalah tanpa harus lari dan malah menghindari masalah.
Kisah yang bersetting di Bali juga membawa banyak kebudayaan Bali dan cara beribadahnya.  Meski tempat-tempat tidak digambarkan dengan sangat meneliti, tapi sudah cukup membangun gambaran tentang Bali dan segala situasinya. Apalagi dengan beberapa upacara keagamaan atau perayaan desa, semuanya menjadi pengetahuan baru bagi orang-orang yang belum menginjakkan kakinya ke sana.
Purple Prose juga mengajarkan bagaimana hidup yang sebenarnya. Hidup tidak selalu baik dengan akhir yang bahagia. Ada saatnya sebuah kisah akan melekat dalam ingatan yang kita sebut masa lalu, ada kisah yang hanya sebagai tempat singgah sementara seperti yang dijalani Galih dan Roya, serta ada kisah yang harus kita tapaki berikutnya dengan pandangan yang lebih berani. Inilah yang disebut masa depan.

Probolinggo, 12 Maret 2019

Peresensi
Agustin Handayani. Anggota FLP Probolinggo. Seorang mahasiswa yang aktif menulis cerpen, puisi, novel, dan resensi.

Belok Kanan Barcelona



Catatan Kecil Film Belok Kanan Barcelona 


Awal liat film ini, aku sangat antusias karena salah satu pemainnya adalah Mikha Tambayong yang berperan menjadi Retno. Bukan hanya ada Mikha, melainkan ada mantan personil SMASH, yaitu Morgan. Kisah dalam film ini menurut aku sangat komplit. Ada agama, persahabatan, asmara, dan perjuangan. Tidak melulu fokus pada asmara, film ini mengajarkan banyak hal. Misal 
1. Indahnya Persahabatan dan Menyikapinya.
Memang, alasan terkuat Retno menolak Francis karena karena beda. Hanya saja, Retno juga menjelaskan bahwa persahabatan lebih baik untuk mereka semua. Karena dalam persahabatan tidak pernah memandang bulu. Dalam artian, persahabatan bisa dengan beda RAS. 

2. Pencarian Tuhan dan Agama
Lagi-lagi Retno menjelaskan dengan sangat hati-hati untuk kehidupan masa depannya dan Francis. 
Retno : Jangan pindah agama hanya karena gue. Tapi, itu memang karena lo sudah menemukan apa yang lo cari.

Dalam Islam, memang untuk menjadi mualaf memang hanya semata-mata karena Allah SWT, bukan makhluk. Penggambaran kisah cinta beda agama sangat dikemas apik. Dan, karena aku percaya bahwa cinta beda agama memang tidak akan ada kata MENANG. Pasti salah satu di antara mereka ada yang kalah. Tidak mungkin dalam satu keluarga miliki dua pilot, dua arah. 

3. Keberuntungan dan Keberanian.
Seperti kata seorang penjual patunh di mana Ucup (Jusuf) membeli hadiah untuk Farah. Penjual tersebut berkata, "keberuntungan hanya didapatkan oleh mereka yang berani." Kata-kata ini sangat mujarab bagi Ucup. Dia berani mengambil tindakan berani dan berbahaya hanya untuk seorang Farah, demi cinta. Perjalanan untuk itupun benar-benar sangat berliku dan penuh tantangan. Mulai dari uang yang menipis, terjebak dalam sebuah peperangan, perjalanan yang jauh, ditangkap karena dicurigai salah satu teroris yang nama dan wajahnya hampir sama. Dan bukankah selalu ada kekecewaan yang pasti di alami? Farah dari dulu hingga sekarang hanya mencintai Francis. Tapi, kembali lagi, Keberuntungan tidak akan kita dapatkan bila kita tidak berani. Dengan sisa perasaannya yang kecewa, Ucup kembali mengejar Farah di airport, hingga bisa berbuah manis. How lucky man?

3. Asmara dan Hati.
"Lo tahu apa yang bikin gue kesel? Saat gue tahu nggak ada yang salah antara kita semua!" -Farah.

Kisah cinta yang tak berbentuk, tak beraturan. Retno dan Francis saling mencintai. Ucup mencintai Farah dan Farah mencintai Francis. Mereka sama-sama berjuang mendapatkan cinta masing-masing. Dengan segala rintangan, dan usaha yang berbeda. Retno terhalang agama, Francis yang terlebih dahulu mencari Tuhannya, Farah yang harus jatuh dan mau menerima hati yang lebih tulus, dan Ucup dengan kesabaran tinggi menunggu dan berjuang. Namun lagi-lagi, selalu ada hasil yang tak pernah mengecewakan usaha. 

Secara singkat, ini dulu yang saya tulis. Mungkin, apa yang aku rasakan malam ini tidak sama dengan teman-teman yang pernah menonton film ini terlebih dahulu. Namun yang pasti, kalian pasti merasakan perasaan yang kecampur aduk. Tentang bagaimana kisah ini yang sukses membuat aku menangis, haru, tertawa, dan bahagia. Semua itu ibaratkan bumbu pada masakan yang enak.

Besar harapan ingin ada kisah lanjutan, namun mungkin memang harus sampai sini kisah tersebut.

Probolinggo, 24 Maret 2019

Resensi Novel FantasTeen Lurkers





Misteri Makhluk yang Bersemayam dalam Danau

Judul                : Lurkers
Penulis             : Putri Saskia
Penerbit          : DAR! Mizan
Terbitan          : Cetakan Pertama, Juni 2018
Halaman         : 184 Halaman
ISBN                : 978-602-420-607-9
Peresensi         : Agustin Handayani
“Markas di dalam hutan terlalu berbahaya.” –Hal. 31
“Memang baru dua bulan kita di sana, tapi banyak sekali kenangannya.” – Hal. 32
Dalam seri fantasteen kali ini, kita akan menikmati sebuah cerita dari tiga sekawan. Greg, Jordan, dan juga Jerome. Tiga sekawan dengan sebuah markas yang berada di sebuah hutan, sangat dekat sekali dengan sebuah danau yang sangat hijau. Markas tersebut dikelilingi oleh pohon mahoni yang tampak menjulang tinggi. Sangat strategis dan nyaman untuk menjadi markas tempat tiga sekawan ini berkumpul. Ada banyak kenangan yang tak mampu dielakkan oleh masing-masing. Dari mereka yang menyiapkan segala barang untuk mengisi markas, merenovasi hingga menjadi tempat bercanda bersama. Dan adakah hal yang mampu mengubur kenangan berarti itu?
Penulis yang bernama Putri Saskia ternyata memberikan sebuah misteri pada tiga sekawan ini. Berawal dengan kematian anjing kesayangan dari Sammy yang hanya tersisa kepala saja. Inilah awal permulaan dari sebuah masalah pembunuhan yang terbilang cukup  sadis. Apakah benar ini ulah manusia? Lantas bagaimana dengan lendir yang berbau amis di sisa tubuh korban?
Leviathan adalah iblis
Tinggal di lautan luas sebagai moster
Dan neraka yang panas ada di dalam mulutnya
(hal. 96)
Mereka memberi nama makhluk berlendir itu Leviathan. Makhluk berlendir dengan regenerasi yang cepat, tidak mempan ditembak dan bergerak sangat cepat. Makluk inilah dalang dari terbunuhnya anjing Cooper beberapa waktu lalu. Sebuah keingintahuan mereka bertiga ternyata membawa mereka pada maut yang siap menjempput saat itu juga. Dan Jerome adalah salah satu korban manusia pertama dalam cerita ini setelah seekor anjing. Keambisian semakin merajai dua sekawan yang tersisa.
Penulis memberikan kita para tokoh-tokoh kuat dengan ambisi masing-masing. Si Serigala Muda yaitu  Jordan dan Si Tenang, Greg. Misteri dan keinginan membalas dendam pada makhluk yang membunuh sahabat mereka semakin besar.
Memang tidak bisa masuk di nalar makhluk seperti ini. Pembaca pun dibuat bertanya-tanya bagaimana dan masuk ke dalam jenis apa makluk hidup ini dalam tingkatan makluk hidup? Sedangkan makhluk ini hanya terdiri dari lendir yang bermulut dengan tubuh yang tidak beraturan. Sedangkan bila kita menebak ini adalah ubur-ubur, jelas semakin tidak masuk akal. Penulis seakan memfantasikan sendiri imajinasinya hingga membuat sebuah spesies baru.
“… ditambah fakta, bahwa dia punya banyak lendir untuk melumasi tubuh, tidak bisa bertemu cahaya senter dan mobil. Mungkin bukan cahaya, lebih tepatnya panas.” –Hal. 176
Dan penulis memberikan sebuah pembelajaran yang berarti untuk kita tetang sebuah ambisi, kekuatan dan keberanian. Dalam cerita ini, penulis seakan meyuratkan bahwa dalam menjalani sesuatu kita harus bisa setenang Greg dan berpikir jauh hingga membuah sebuah hasil yang fantastis. Dibeberapa kesempatan, kita bisa meniru bagaimana Jerome yang bisa melawan ketakutannya untuk berenang, dan ada saatnya kita harus berani untuk mengabil keputusan di keadaan tersempit seperti yang Jordan lakukan untuk membantu Pharen dan Paman Carl.
Sejauh ini, Lurkers menjadi sebuah misteri dalam pemikiranku. Bagaimaan bisa penulis mengelola imajinasinya dengan  keliaran dan tak luput memberikan sebuah pembelajaran yang tak tersirat.
Probolinggo, 14 Januari 2019

Biodata Peresensi
Agustin handayani. Mahasiswa kelahiran Probolinggo, 1996. Penggiat literasi daerah dan anggota Forum Lingkar Pena Probolinggo.

Resensi Bingkai Kenangan


Radar Mojokerto, Minggu 3 Maret 2019 
Info by Rudi Santoso 


Kenangan Tersunyi dan Kekuatan Hidup

Judul                : Bingkai Kenangan
Penulis             : Seplia
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Terbitan          : Oktober, 2018
Halaman         : 280 halaman
ISBN               : 9786020613611
Peresensi         : Agustin Handayani

Bebicara tentang sebuah kenangan, pastilah beberapa orang memiliki pendapat sendiri. Ada yang menganggap kenangan adalah sesuatu yang harus dilupakan, dan ada pula yang mengangungkan kenangan tersebut lantaran termasuk sisi dirinya di masa lalu, bagian utuh dirinya sendiri. Seyogyanya, kenangan memang harus diingat, bukan dilupakan. Ia adalah bagian utuh diri kita, karena tanpa kenangan, kita bukanlah diri kita di hari ini. Dan bagaimana bila kita tidak bisa mengingat kenangan kita? Bukan hanya kenangan bersama teman, saudara, kerabat, bahkan diri sendiripun, kita bisa dengan mudah melupakannya.

Hal inilah yang dirasakan oleh orang-orang yang mengidap penyakit Alzheimer. Penyakit yang umumnya dirasakan oleh manula ini nyatanya bisa juga menyerang remaja bahkan anak kecil. Karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selalu ada pengecualian di dalamnya. Dan, di sinilah penulis mengangkat penderita Alzheimer dalam sosok Flo. Gadis yang baru masuk SMA Collase. Di sana, sosok Flo dikarakterkan dengan gadis yang menyiratkan kesedihan mendalam. Semua orang yang melihatnya akan hanyut dalam pesona kecantikan, namun juga terbunuh secara perlahan oleh kesedihan yang terpancar di dalam matanya. Ada kesenduan di dalamnya.

“Ujian sesungguhnya, ya hidup ini sendiri.” – Hal. 231

Bingkai Kenangan adalah kisah remaja yang dengan kisah sekolah, persahabatan dan bagaimana anak-anak remaja bertindak. Kelabilan yang ditampilkan oleh Gaga dalam menentukan hidup hingga ia harus terjerat dunia kelam dan ditendang oleh keluarganya sendiri. Bagaimana sebuah persahabatan yang saling mendukung dan melengkapi sisi kekurangan masing-masing hingga utuh tanpa cela. Flo yang memiliki sahabat sekaligus kekasih yang selalu sabar bahkan saat esoknya ia melupakan mereka, para sahabatnya akan memulai perkenalan kembali. Meski digambarkan dengan sosok lelaki yang easy going dan kurang serius, nyatanya sosok Ellio memiliki sifat kedewasaan dalam menggapai cita-citanya.

Novel ini sangat memukau dengan bumbu dunia fotografer dan event pameran sekolah. Cara-cara pengambilan gambar dan berbafai fitur dari kamera  bahkan dijelaskan dengan sangat rinci. Di sinilah Noah dan Ellio bersaing untuk menang. Mengingat bagaimana Ellio yang selalu menang membuat persaingan semakin seru dengan kegigihan Noah yang juga cukup berbakat di bidang tersebut. Dalam persaingan merekalah kita belajar bahwa seseorang kadang harus di bawah, bukan karena dia kalah. Namun agar menjadi batasan diri agar kita tak pongah. Meski harus menelan pil pahit dengan kekalahan di pameran foto, nyatanya ia menang dalam mendapatkan pembelajaran hidup.

“Aku nggak mau dilupain dan ngelupain siapa pun. Sekalipun itu hal yang pahit atau manis, aku ingin terus mengingatnya.” –Hal 237

Siapa yang ingin dilupakan dan melupakan? Ellio menjawab dengan tegas bahwa ia tidak memiliki seni dalam melupakan. Baik melupakan Gaga yang sudah dua tahun keluar dari rumah, atau Flo, sang kekasih yang menderita Alzheimer. Sisi kehidupan yang diangkat dari novel ini adalah bagaiamana sebuah impian yang harus diperjuangkan, kita bisa lihat dari sisi Nana yang sangat rajin sekolah untuk bisa  kuliah ke luar negeri.

Membaca novel ini jelas kita akan tahu bahwa ini bukan sekadar novel remaja dengan kisah cintanya. Namun ini tentang perjuangan hidup, persahabatan dan juga ketegaran. Bagaimana saat kita dihadapi dengan remaja yang seharusnya memiliki impian, bersenang-senang dengan teman dan beraktifitas lain-lain. Namun, Flo tidak bisa. Jiawanya tidak akan mampu senormal dengan teman lainnya. Bingaki kenangan mengajarkan kita betapa berartinya kenangan bagi orang-orang yang sangat memerlukannya. Jadi, alangkah baiknya kita sayangi kenangan yang melekat dalam pikiran kita. Karena beberapa orang di luar sana bahkan harus berusaha keras untuk mengingatnya,

Probolinggo, 23 Februari 2019

Biodata Narasi
Agustin Handayani. Kalahiran Probolinggo, 1996. Seorang aktivis literasi daerah dan termasuk anggota FLP Probolinggo. Suka menulis novel yang sudah terbit di Intisar Publishing dan AT Press, bahkan beberapa cerpennya beberapa kali memenangkan perlombaan. Sekarang tengah menggeluti dunia resensi dan novel.

Resensi Turn Back


DenPost, Minggu, 3 Maret 2019 
Image by I Made Sujaya 

Sebuah Rahasia untuk Kembali

Judul                : Turn Back
Penulis             : Azizahazeha
Penerbit           : Lumiere Publishing
Terbitan          : Cetakan Pertama, Desember 2018
Halaman         : 316 Halaman
Peresensi         : Agustin Handayani

Saat kita mendengar kata ‘kembali’, apa yang terbersit dalam pikiran kita? Jelaslah mengulang, berpulang dan juga rumah. Seperti itulah cerita dalam novel ini. Novel yang berjudul Turn Back menjelaskan bagaimana usaha Alden untuk bisa kembali pada Bening Citra Lentera, mantan isterinya. Mereka berpisah dengan sangat tidak wajar hingga menyisakan banyak sekali rahasia dan kejanggalan di dalamnya. Hal itulah yang membuat Alden bertekad untuk mencari tahu semuanya saat kembali ke Jakarta, Indonesia.

New York dan segala kemewahannya tidak akan pernah mampu membuat Alden melupakan sosok Bening di hatinya. Maka dari itu, setelah ia sampai di Jakarta, ia langsung melakukan pencarian untuk mencari mantan isterinya tersebut. Masih banyak sekali pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari Bening. Berminggu-minggu ia mencari dan belum menemukan titik terang tentang keberadaan Bening. Bahkan social media terakhir aktif lima tahun lalu. Alden benar-benar frustasi dibuatnya.

“Hidup ini tanpamu hanyalah lakuna.” – Hal. 20

Beberapa orang menganggap cinta adalah suatu zat yang tak berwujud, tetapi bisa mengisi kekosongan di hati manusia. Itulah mengapa saat kita kehilangan cinta atau jauh darinya, kita akan merasakan kekosongan yang terasa pekat. Alden merasakannya. Ia merasa sepi dan entah perasaan apa lagi yang bersarang dalam hati dan pikirannya. Keduanya sama-sama berkompromi dan malah membuatnya frustasi. Ia sangat merindukan Bening. Dan saat semesta mempertemukan keduanya, kita sangat paham bahwa dunia sangat sempit. Sesempit keberadaan Alden dan Bening yang ternyata bekerja di satu gedung yang sama.

Azizahazeha –penulis- seakan memberikan kita sebuah kunci untuk membuka pintu kenangan. Ia memberikan kita banyak kata kunci dan membiarkan pembaca menebak ke mana jalan cerita ini, dan seperti apa asal muasalnya. Hingga per bab, ia sedikit demi sedikit memberikan sebuah penjelasan singkat sebelum menuju ke akhir cerita. Konflik yang sangat kompleks menuurtku.

Bening terpaksa meminta cerai kepada Alden lantaran perjanjiannya dengan ibu Alden –Soraya-. Bening hamil saat bercerai dengan Alden. Dan masih banyak lagi rahasia yang terungakap. Pengungkapan rahasia dipasang dengan porsi yang pas di setiap Bab hingga tidak menyebabkan kebosanan dalam membaca.  Di dua pertiga cerita, penulis memberikan lagi sebuah kejutan yang bagaikan bom untuk pembaca. Kehadiran Ginanjar yang membuat pembaca bertanya-tanya, ‘bagaimana hubungan mantan suami  isteri itu –Ginanjar dan Soraya-? Rahasia apa lagi yang sedang disembunyikan oleh keduanya dari anak-anak dan apa hubungannya dengan Bening?’

“Dia berhak mendapatkan kebahagiaannya. Sudah terlalu banyak kesakitan  yang dia terima. Mungkin selama ini kita banyak berpikir kitalah yang paling menderita. Padahal kenyataannya, di antara kita, dialah yang paling menderita.”- Hal.303

Saat benang merah malah menyeret Mahira, Soraya, Alden, Bening, Andin, Ginajar Aldi, dan Rexa dalam suatu hubungan yang penuh dengan rahasia, kita akan mengakui begitu apiknya semesta mempertemukan semuanya dalam ruangan yang sempit. Saling menyimpan rahasia antara satu orang dengan lainnya, dan saat rahasia itu terbuka, pecahlah! Satu rahasia seakan membuka rahasia lainnya. Tidak ada korban dan pelaku di dalamnya. Karena semua sama-sama berada dalam posisi masing-masing. Terluka dan berkoban. Hanya karena masa lalu, mereka seakan tidak memiliki alasan lain selain menjauh dan saling menenangkan pikiran.

Bagaimana sebuah rahasia memang akan berpengaruh terhadap masa depan semua orang, Aizah berhasil menyajikannya menjadi sebuah bacaan yang memikat. Kesan klise terhapus dengan nyamannya alur yang mengalir. Datangnya tokoh-tokoh pendukung yang memiliki sifat khas tersendiri seakan menjadi penghibur dan selingan dari tokoh utama. Banyak hal menarik yang bisa kita dapatkan dari novel ini. Jadi, alangkah baiknya, teruslah membaca, menyelami dan nikmati kisah ini.

Probolinggo, 19 Februari 2019

Biodata Peresensi

Agustin Handayani. Seorang perempuan kelahiran Probolinggo, 1996. Seorang mahasiswa sekaligus pustakwan sekolah. Aktif dalam dunia literasi hingga tergabung dalam Komunitas Menulis (KomunLis) dan Organisasi Forum Lingkar Pena (FLP) Probolinggo. Sudah meluncurkan novel solonya yang berjudul Hey, I Love You (2017), Petrichor (2018), dan beberapa antologi puisi dan cerpen. 

Resensi The Lost Man

Radar Cirebon edisi Sabtu, 2 Maret 2019 
Image from Faris Al Faris 

Misteri Kawan dan Lawan

Judul                           : The Lost Man
Penulis                         : Sarah Ann
Penerbit                       : Mizan
Terbitan                       : Januari, 2019
Halaman                      : 176 halaman
ISBN                           : 978-602-420-732-8
Peresensi                     : Agustin Handayani

The Lost Man, pertama kali membaca dan melihat judulnya, mungkin beberapa orang akan beranggapan tentang sosok lelaki yang hilang dan horror. Itu alami bagi semua orang jika hanya menerjemahkan dari judulnya. Dan saat kita mulai membaca dan menyiapkan diri menyelami ceriat sejak awal, kita pasti bertanya, apa maksud dan tujuan penulis membuat judul ini? Siapa yang hilang? Bagian mana horornya dan apa hubungannya dengan kisah keempat kawan yangs sering menghabiskan sorenya di bale-bale desa.

“Jangan pernah lupa, ya, Kawan! Jangan pernah menjadikan kawan sebagai lawan. Persahabatan kita bukan satu-dua- hari. Delapan tahun bukanlah waktu yang cukup sebentar.” -Hal, 11

Seperti yang kita tahu, waktu dapat mengubah semuanya. Dari kawan menjadi lawan. Pada awal kisah, kita akan berkenalan dengan empat kawan yang masing-masing bernama, Chandra, Edo, Hardi, dan Beni. Empat kawan dengan sifat masing-masing. Sarah Ann, sebagai penulis novel fantasteen ini, hanya memberikan kilasan singkat tentang keempat sahabat ini diawal kisah saja. Selanjutnya, kisah akan berloncat pada terror terhadap seorang penguasa, seorang gadis yang berprofesi sebagai model dan juga dua polisi yang melakukan penyelidikan.

Alur yang memang dicampur, kadang membuat kita bingung, namun tetap sukses menumbuhkan rasa penasaran dalam diri masing-masing pembaca. Apa hubungan gadis bernama Kiara dengan seorang lelaki yang kematiannya tidak diketahui oleh siapa-siapa. Hal-hal mistis yang dialamai seperti taxi misterius, makhluk-makluk halus yang sering datang seakan meminta bantuannya, dan hal aneh lainnya hingga Kiara dan Aga berenca membantu hantu penasaran tersebut sekaligus memecahakan misteri yang seakan berhubungan dekat dengan Kiara sendiri.

“Tempat ini seperti penjara mewah. Perawat di sini menganggap hampir semua pasiennya sama -mengidap gangguan jiwa, stress, gila dan semacamnya.” – Hal. 98

Di tengah cerita, kita akan diperkenalakan dengan satu tokoh lagi, Devi. Dari sini kita tahu bahwa Devi adalah salah satu korban yang selamat dari pembunuhan beberapa tahun silam. Saat itu, dia harus pura-pura mati agat pembunuh itu tak menembaknya. Namun pada akhirnya, ia harus rela dibuang ke sungai dan ditemui oleh warga hingga ia dianggap gila. Maka, pilihan pura-pura gila adalah pilihan yang paling aman untuknya. Devi merasa, hingga saat ini pembunuh tersebut akan terus mengejarnya.

Sebenrnya, menurutku pribadi, Sarah Ann sangat sukses menyajikan sebuah cerita horror, fantasi, dan juga bercampur dengan kemajuan teknologi. Di samping inti dari cerita ini, aku benar-benar terpukau dengan bagaimana penulis bisa menjabarkan dengan sangat detail alat-alat, kemajuan taknologi dan kecanggihannya. Seakan semuanya memang nampak nyata, dan pembaca ikuta masuk ke dalam kisah ini.

Penulis mencoba membuat sebuah garis besar kisah tentang pertemanan, ambisi, dan bagaimana sifat hakiki manusia yang selalu merasa iri. Inilah yang dialami oleh Herdi. Ketamakan telah membuatnya iri dan mengincar nyawa temannya sendiri. Tanpa mau tahu bagaimana indahnya kisah mereka bersama di masa kanak-kanak, kekayaan telah mengubur semua kenangan dan rasa empatinya. Pembunuhan dan pencarian harta karun dimulai.

“Kamu dititipkan pesan untuk selalu berhati-hati, jujur, dan tak terlena dengan omongan manis seseorang.” – Hal 172

Banyak pelajaran yang didapat setelah aku membiarkan diriku menjadi pembaca yang menuntaskan kisah ini. Misteri yang tersaji dan bagaimana alur yang seakan meloncat, lirih, dan kadang meneganggkan berhasil membuat kita paham, bahwa itulah hidup. Kita bisa berjanji bahwa pada hari ini, kebajikan akan kita pegang sampai esok. Namun, saat esok tiba. Waktu dan ketamakan bisa mengubah kawan menjadi lawan. Bisa saja, musuhmu adalah mereka yang selalu berkata manis di depannya. Nyatanya, dia adalah pisau tajam yang dapat menghunusmu dengan keji.

The Lost Man, buku yang mungkin bisa membawa semua pembaca untuk berhati-hati pada kawannya kali ini. Namun, tetap saja kita harus menanamkan sifat bijak dan menjauhi tamak agar terhindar dari kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh hati. Sangat aman untuk dibaca oleh semua golongan agar mendapat pemahaman dari petualangan yang menegangkan kali ini.

Probolinggo, 9 Februari 2019



Resensi Novel Ikan Kecil

Radar Madura, 16 Maret 2020 Menerima Takdir dan Belajar Kesabaran dari Cobaan Judul               : Ikan Kecil Penulis...