Kabar Madura, 5 April 2019
Menyiasati Cinta di Balik Kesunyian
Judul
: Konspirasi
Hujan
Penulis
: Adia Puja
Penerbit
: Mojok
Terbitan
: Cetakan Pertama,
September 2018
Jumlah
Halaman : vi + 132 Halaman
Peresensi
: Agustin Handayani
Sebuah
karya yang apik tak luput dari bagaimana seorang penulis bisa membawa arus
perasaan dari pembaca. Hal ini jelas akan memberikan penilain sendiri dari
pembaca untuk setiap gaya penulis yang disajikan. Bagaimana seorang penulis
memberikan sebuah gelombang untuk menerpa cerita yang dibuat, dan bagaimana pula
cara penulis menyurutkan konflik dengan sebuah gebrakan yang tidak diduga oleh
pembaca sebelumnya.
Seperti
inilah yang Adia Puja lakukan pada kumpulan cerpennya. Karyanya yang berjudul
Konspirasi hati memiliki sebuah makna dalam kisah masing-masing. Awalnya,
pembaca pasti mengira konspirasi Hati ini hanyalah sebuah kisah cinta klise pada
umumnya. Karena dari kata Konspirasi sendiri yang sangat pasaran dalam
kisah-kisah percintaan.
Namun,
akan beda halnya bila kita mulai membaca satu persatu dan menyelami semua kisah
yang ada. Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah kesunyian dan makna mendalam
tentang cinta yang terkadang bisa mencerahkan sekaligus membikin muram.
Kita
bisa lihat ke cerpen pertama yang berjudul, Ni Luh. Sebuah kisah yang mengambil
setting di Bali. Sebuah pulau dewata
dengan sejuta pesona. Pulau ini juga yang melahirkan sebuah kesunyian dari
rahimnya. Wanita bermarga Luh yang mendominasi cerita ini. Di sini cinta memang
berarti kesunyian. Banyak hal yang membuat kita memilih untuk menikmati semua
rasa yang mengalir dari pada harus mengungkapkan semuanya dengan terburu-buru.
Ada saatnya kita diam karena kita takut. Takut pada akibat apa yang akan
terjadi dengan sebuah ungkapan. Dan akan ada saatnya juga, cerita berakhir
hanya dengan kesunyian masing-masing. Dengan debaran yang sama, cinta yang
sama, dan keterbungkaman masing-masing.
Meloncat
ke cerpen ketiga yang berjudul Bualan
Bulan. Bercerita tentang Rama yang menyukai seorang teman wanitanya. Hal
yang menjadi unik dari cerita ini adalah Rama yang bisa berbicara dengan bulan.
Setiap malam, Rama akan bertanya pada bulan tentang apa yang dilakukan oleh
orang yang dia sayang. Dan bulan akan menjawab sesuai dengan apa yang gadis itu
lakukan. Hal yang aku kira bahwa penulis ingin berfantasi dengan keliaran
idenya. Namun, lagi dan lagi aku sebagai pembaca akan jatuh pada kalimat akhir
dari cerita tersebut.
“Hanya
saja, kamu tidak bisa membedakan antara mimpi dan realita.” -Hal. 43
Ada
sebuah adat di sebuah istana kerajaan. Di mana setiap raja yang meninggal, maka
semua permaisuri akan ikut menemaninya ke alam baka. Hal itu menandakan sebuah
kesetian permaisuri atas cinta kasih dan balas budinya pada sang Raja. Apakah
ini hal yang aneh? Tidak juga. Penulis
berhasil membawakan kisah ini pada salah satu cerita di buku ini.
Bagaiaman
konflik orang pribumi dan Cina yang hingga saat ini belum bisa bersatu? Senyum Terakhir An akan menjawab bagaimana
kisah cinta di atara perbedaan adat dan konflik yang terbentang.
Adia
Puja memang menceritakan kesunyian dari arti cinta. Aku suka bagaiman cinta
menjalar dari pori-pori kesunyian hingga melahirkan dua sisi yang berlawanan.
Semuanya tergantung dengan bagaimana pelaku-pelaku cinta itu sendiri. Apakah
kita mampu bertindak dan berani hingga mendapatkan cinta yang cerah dan
bahagia. Atau hanya diam dalam bilik kesunyian dan melahirkan kemuraman dan
penyesalan. Semoga semua pembaca yang memeluk cerpen ini akan paham dan
berhati-hati dalam mensiasati semua kesunyian cinta.
Probolinggo,
12 Januari 2019
Biodata
Singkat Peresensi
Agustin
Handayani. Perempuan kelahiran 1996. Anggota Forum Lingkar Pena Probolinggo
serta aktivis literasi daerah.