Radar Mojokerto, Minggu 3 Maret 2019
Info by Rudi Santoso
Kenangan Tersunyi dan Kekuatan
Hidup
Judul
: Bingkai Kenangan
Penulis
: Seplia
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Terbitan
: Oktober, 2018
Halaman
: 280 halaman
ISBN : 9786020613611
Peresensi
: Agustin Handayani
Bebicara
tentang sebuah kenangan, pastilah beberapa orang memiliki pendapat sendiri. Ada
yang menganggap kenangan adalah sesuatu yang harus dilupakan, dan ada pula yang
mengangungkan kenangan tersebut lantaran termasuk sisi dirinya di masa lalu,
bagian utuh dirinya sendiri. Seyogyanya, kenangan memang harus diingat, bukan
dilupakan. Ia adalah bagian utuh diri kita, karena tanpa kenangan, kita
bukanlah diri kita di hari ini. Dan bagaimana bila kita tidak bisa mengingat
kenangan kita? Bukan hanya kenangan bersama teman, saudara, kerabat, bahkan
diri sendiripun, kita bisa dengan mudah melupakannya.
Hal
inilah yang dirasakan oleh orang-orang yang mengidap penyakit Alzheimer.
Penyakit yang umumnya dirasakan oleh manula ini nyatanya bisa juga menyerang
remaja bahkan anak kecil. Karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Selalu ada pengecualian di dalamnya. Dan, di sinilah penulis mengangkat
penderita Alzheimer dalam sosok Flo. Gadis yang baru masuk SMA Collase. Di
sana, sosok Flo dikarakterkan dengan gadis yang menyiratkan kesedihan mendalam.
Semua orang yang melihatnya akan hanyut dalam pesona kecantikan, namun juga
terbunuh secara perlahan oleh kesedihan yang terpancar di dalam matanya. Ada
kesenduan di dalamnya.
“Ujian
sesungguhnya, ya hidup ini sendiri.” – Hal. 231
Bingkai
Kenangan adalah kisah remaja yang dengan kisah sekolah, persahabatan dan
bagaimana anak-anak remaja bertindak. Kelabilan yang ditampilkan oleh Gaga
dalam menentukan hidup hingga ia harus terjerat dunia kelam dan ditendang oleh
keluarganya sendiri. Bagaimana sebuah persahabatan yang saling mendukung dan
melengkapi sisi kekurangan masing-masing hingga utuh tanpa cela. Flo yang
memiliki sahabat sekaligus kekasih yang selalu sabar bahkan saat esoknya ia
melupakan mereka, para sahabatnya akan memulai perkenalan kembali. Meski
digambarkan dengan sosok lelaki yang easy
going dan kurang serius, nyatanya sosok Ellio memiliki sifat kedewasaan
dalam menggapai cita-citanya.
Novel
ini sangat memukau dengan bumbu dunia fotografer dan event pameran sekolah. Cara-cara
pengambilan gambar dan berbafai fitur dari kamera bahkan dijelaskan dengan sangat rinci. Di
sinilah Noah dan Ellio bersaing untuk menang. Mengingat bagaimana Ellio yang
selalu menang membuat persaingan semakin seru dengan kegigihan Noah yang juga
cukup berbakat di bidang tersebut. Dalam persaingan merekalah kita belajar
bahwa seseorang kadang harus di bawah, bukan karena dia kalah. Namun agar
menjadi batasan diri agar kita tak pongah. Meski harus menelan pil pahit dengan
kekalahan di pameran foto, nyatanya ia menang dalam mendapatkan pembelajaran
hidup.
“Aku
nggak mau dilupain dan ngelupain siapa pun. Sekalipun itu hal yang pahit atau
manis, aku ingin terus mengingatnya.” –Hal 237
Siapa
yang ingin dilupakan dan melupakan? Ellio menjawab dengan tegas bahwa ia tidak
memiliki seni dalam melupakan. Baik melupakan Gaga yang sudah dua tahun keluar
dari rumah, atau Flo, sang kekasih yang menderita Alzheimer. Sisi kehidupan
yang diangkat dari novel ini adalah bagaiamana sebuah impian yang harus
diperjuangkan, kita bisa lihat dari sisi Nana yang sangat rajin sekolah untuk
bisa kuliah ke luar negeri.
Membaca
novel ini jelas kita akan tahu bahwa ini bukan sekadar novel remaja dengan
kisah cintanya. Namun ini tentang perjuangan hidup, persahabatan dan juga
ketegaran. Bagaimana saat kita dihadapi dengan remaja yang seharusnya memiliki
impian, bersenang-senang dengan teman dan beraktifitas lain-lain. Namun, Flo
tidak bisa. Jiawanya tidak akan mampu senormal dengan teman lainnya. Bingaki kenangan mengajarkan kita betapa
berartinya kenangan bagi orang-orang yang sangat memerlukannya. Jadi, alangkah
baiknya kita sayangi kenangan yang melekat dalam pikiran kita. Karena beberapa
orang di luar sana bahkan harus berusaha keras untuk mengingatnya,
Probolinggo, 23 Februari 2019
Biodata
Narasi
Agustin
Handayani. Kalahiran Probolinggo, 1996. Seorang aktivis literasi daerah dan
termasuk anggota FLP Probolinggo. Suka menulis novel yang sudah terbit di
Intisar Publishing dan AT Press, bahkan beberapa cerpennya beberapa kali
memenangkan perlombaan. Sekarang tengah menggeluti dunia resensi dan novel.
No comments:
Post a Comment