Menunggu
Hatiku masih sama. Menghitung bait per bait puisi yang kau tinggalkan. Menggenggam janji dan rindu 'tuk dituntaskan. Menimbun segala rasa yang kupupuk semakin subur. Cinta itu masih ada. Di lipatan hatiku yang paling dalam ; namamu merajai.
Ragaku masih dingin tak terhangatkan. Semilir angin malam semakin mendinginkan tubuh tanpa peluk hangatmu. Waktu tak pernah berhenti. Tidak sedetikpun. Hingga dingin berhasil bekukan sgalanya ; hati dan raga.
Semua masih sama. Andai kau kembali, aku masih menunggumu. Tapi, entah dengan hatimu. Masihkah untukku?
Probolinggo, 15 Juni 2018
Rahasia-Rahasia Paling Rahasia
Bila aku jujur akan rasa rahasia, bisakah kau lucuti juga rahasiamu? Tentang cinta, rindu, cemburu, marah dan emosi lainnya, apakah rahasiamu?
Kemerlap bintang simpan rahasia malammu kala itu. Kala kau dengan rahasia mulai susun rahasia antar kita. Rahasia akan jarak yang semakin panjang. Apakah rahasiamu?
Sedang aku simpan rahasia. Tentang marah dan kecewa yang kueja tiap kau datang dengan duka dan luka. Tak adakah rahasia sukamu padaku. Mengapa wajahmu tetap muram kala bersamaku. Apakah rahasia barumu?
Cukup kita timbun rahasia ini. Waktunya diam atau tuntaskan segala rasa paling rahasia.
Rahasiaku adalah mencintaimu dengan segenap rahasia yang kumiliki.
Sedang kamu, dengan rahasia 'tuk lepas dariku.
Kini, kita ambil rahasia paling adil.
Ke depan, melangkah tanpa menoleh pada rahasia lagi.
Rahasia Rahasia paling rahasia ini sungguh menyakitkan rasa.
Probolinggo, 15 Juni 2018
No comments:
Post a Comment