Judul : Laka-Laka Rasa
Penulis : Zachira Indah
Penerbit :Universal Nikko
Tahun Terbit
: Cet. Pertama November 2017
Halaman : Xii+ 270 hal.
ISBN : 978-602-9458-23-7
Peresensi : Agustin Handayani
Membaca
sebuah novel dengan teman persahabatan memiliki sebuah magnet tersendiri bagi
pembaca. Apalagi bila di dalamnya terdapat sebuah kisah percintaan yang
disajikan dengan sangat apik. Kebanyakan pembaca akan menebak alur dari sebuah
persahabatan hanya itu-itu melulu dan memiliki ending yang bisa ditebak dengan mudah oleh semua orang. Hanya saja,
bila penulis menyajikan seuatu yang sangat berbeda, pembaca jelas akan langsung
jatuh cinta pada cerita tersebut. seperti itulah mungkin yang sedang disajikan
oleh Zachira Indah. Penulis yang berdomisili Tegal ini mencoba meramu antara
cinta, persahabatan, rahasia, sosial, dan juga lokalitas dalam novel yang
berjudul Laka-Laka Rasa (Cinta dan Rahasia).
Menceritakan
sebuah novel lokalitas jelas memiliki sebuah kebanggan sendiri bagi penulis.
Mengajak pembaca seakan berkelana dan memijakkan kaki di tempat yang
diceritakan tanpa harus terbang langsung ke tempat tersebut. Penulis
mendeskripsikan tentang bagaimana daerah Tegal dan segala tempat sejarahnya.
Bahkan tak jarang pula, mitos juga diangkat dalam novel ini melalui percakapan
antara tokoh. Jadilah novel ini sebagai novel lokalitas yang sempurna dan
memikat.
Keunggulan
kedua adalah pembawaan karakter per tokoh yang dibuat sedemikian misterius
dengan segala permasalahan yang membuntuti masing-masing. Sebutlah dia Gari
dengan julukan mahasiswa abadi, Malik dengan masa lalu kelam, Suci dengan
korban pelecehan seksual, dan Mita yang mencintai suami orang. Masing-masing
masalah tersebut semakin meruncing di tengah cerita. Menjabarkan bagaimana
sebuah kekuatan persahabatan membuat mereka kuat dan melupakan fakta bahwa
dunia tak pernah selalu memihak pada apa yang mereka inginkan.
Alur
campuran yang tidak membosankan. Beberapa bagian menceritakan masa lalu dimana
keberadaannya sebagai penjelas bahwa masa terkelam antara tokoh yang akan terus
membayangi hingga di masa depan. Akan tetapi sekali lagi, kenangan bukan untuk
dilupakan, namun untuk direlakan.
“Tapi… dunia
kadang nggak adil dengan korban pelecehan seksual ataupun korban pemerkosaan,
Gar. Kamu tahu kan?” –Hal. 227
Mengulik
dari dunia nyata. Faktanya, kalimat yang dilontarkan dari seorang Mita yang
tomboy ini memang benar adanya. Mita menjelaskan pada Gari bahwa dunia memang
kadang tak akan pernah peduli pada bagaimana masalah kita masing-masing. Dunia
hanya diam dan memperhatikan bagaimana kita mencoba bertahan dan bangkit.
Karena hanya manusia-manusia yang kuatlah yang bisa menakhlukkan dunia.
“Saranku,
hadapi ini! Kamu laki-laki, kamu harus jantan menuntaskan perasaanmu. Jagoan
kelahi tapi takut patah hati. Ah cemen kamu.” –Hal. 262
Benar saja,
kan? Tak ada persahabatan murni antara lelaki dan perempuan ternyata masih
mempengaruhi Laka-Laka Rasa ini. Karena dalam persahabatan rasa nyaman dan
saling pengertian yang paling penting hingga mau tak mau mengundang perasaan
cinta tersebut. dan itulah yang dialami oleh tokoh Malik dan Suci. Penulis
seakan berpesan lewat dialog antara tokoh bahwa cinta itu untuk diungkapkan
bukan untuk dipendam sendiri. Karena saat kita patah hati, tak akan ada pihak
yang mau bertanggung jawab atas luka yang telah ditorehkan.
Selesai
membaca novel ini, saya sebagai pembaca jelas sangat kagum. Pantas saja cerita
ini mendapatkan predikat sebagai, “ The
Winner of Young Adult Locality Novel Competition.” Alur yang mengalir
dengan pembawaan yang menyenangkan. Aku yakin, pembaca lain akan sepakat bahwa
dihalaman-halaman awal sudah mampu memikat dan membuat kita jatuh cinta. Love in first sight.
Probolinggo,
5 Mei 2018
No comments:
Post a Comment