Radar Cirebon, 23 November 2019
Doc. Faris Al Faris
Pengalaman, Luka, dan Logika Cinta
Judul :
You Really Got Me
Penulis :
Dewie Sekar
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Terbitan :
Pertama, 2019
Tebal :
352 halaman
ISBN :
978-602-06-3400-5
Peresensi : Agustin Handayani
Pengalaman adalah guru terbaik untuk pembelajaran. Baik
pengalaman orang lain atau pribadi. Semuanya tetap memiliki inti sari dan
amanat bagi yang mau menelaah dan mempelajari pengalaman yang dialaminya. Agar
suatu kesalahan tidak terulang, agar sebuah luka tidak terus berkubang, dan
kesedihan tidak melulu membuat berkabung.
Dalam novel ini, Dewie Sekar mengenalkan pembaca pada sosok
perempuan mandiri dan cantik bernama Prisna. Perempuan yang cukup menarik,
kuat, dengan hijab yang selalu membungkus kepalanya. Kesibukan sehari-hari
setelah lulus kuliahnya adalah membuka sebuah resto kecil yang menjual makanan
khas Surabaya. Semua tampak sempurna pada seorang bernama Krina itu, kecuali
kisah cintanya yang memiliki banyak kisah pahit.
Pengalaman kisah cintanya dengan Fazim –lelaki dan pacar
pertamanya di kampus- yang buruk membuatnya sedikit apatis dan takut untuk
kembali jatuh cinta. Belum lagi, jauh sebelum kisah dengan Fazim, ada sosok
ayah dengan rasa tanggung jawab rendah. Tidak ada keluarga yang harmonis dalam
kehidupannya. Sang ayah adalah sosok lelaki yang suka berpoligami dengan sifat
yang buruk. Cukup dua pengalaman dalam hidupnya hingga membuat Prisna menjadi
sosok yang mandiri dan tidak ingin bergantung pada lelaki.
“Mungkinkah seorang wanita bisa tak berhenti mencintai, meski telah diperlakukan dengan buruk oleh pria yang dicintainya.” –Hal. 199
Hingga dia mengenal lelaki yang tak lain adalah sepupu
Lorenzo, Putra. Lelaki mapan dengan sifat yang mampu membuat siapa pun jatuh
cinta, terutama Prisna. Ia mulai jatuh cinta dan memberikan kode-kode untuk
lelaki itu, mulai dari kode kecil hingga kode keras. Namun tetap saja, tidak ada lampu hijau dari
hubungan mereka. Seakan diam di tempat.
Putra bukan lelaki sempurna dengan gambaran tanpa cela.
Putra bisa dikatakan lelaki yang kurang gesit dalam bertindak, miskin ekspresi,
dan pembohong yang ulung. Terbukti dengan bagaimana Putra bisa membuat Prisna
seperti laying-layang yang seenaknya diulur dan ditarik sesukanya.
“Jangan pernah nikah sama laki-laki karena kasihan atau karena kamu nggak tega nolak.” –Hal. 212
Satu hal yang diajarkan oleh ibunya pada Prisna bahwa cinta
itu bukan simpati atau empati di mana seseorang tidak akan tega membuat orang
lain terluka. Justru cinta adalah saat seseorang berani melukai untuk kebaikan
bersama. Meski Prisna tidak berasal dari keluarga yang harmonis seperti
impiannya, bukan berarti ia tidak ingin berkeluarga.
Pengalaman benar-benar membuatnya matang dalam mengelola
hati dan masalah. Tidak selalu logika menurun saat hati dalam suhu naik. Mereka
harus sejajar dan seimbang untuk menelaah apa pun yang ada.
Novel ini penuh logika tentang cinta. Meski seorang Prisna
mencintai Putra, tetap saja penulis seakan memberikan pilihan dengan penuh
logika dan realistis. Tentang bagaimana seseorang harus bersikap pada orang
yang dicintainya, pengorbanan apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara
mengalah saat kita mulai kalah.
Dalam novel ini pula, kita diajarkan untuk bersikap tanggung
jawab dengan apa pun yang kita mulai. Novel yang sangat cocok untuk kalangan
dewasa muda dan mereka yang butuh perkenalan cinta.
Probolinggo, 20
November 2019
Agustin Handayani.
FLP Probolinggo dan Aktivis literasi kota.
No comments:
Post a Comment