Mencari Kejaiban lewat
Persahabatan
Judul
: Let Go
Penulis
: Windly Puspitadewi
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Terbitan
: Cetakan pertama, Mei 2018
Halaman
: 264 Halaman
ISBN
: 978-602-03-8238-8
Peresensi
: Agustin Handayani
Novel
yang baik adalah novel yang bisa memberikan manfaat dan pembelajaran untuk
semua orang. Seperti itulah definisi novel yang baik itu. sama halnya dengan
novel Let Go karya Windly. Awalnya, mungkin banyak pembaca yang akan mengira
bahwa kisah remaja yang diangkat hanya tentang kisah percintaan klise dan
keonaran saja. Tentang bagaimana sikap labil remaja seusianya hingga pencarian
jati diri. Namun, dalam novel ini, Windly seakan memberikan sentuhan lain dalam
kisahnya.
“Mumpung
masih berupa larva, harus segera dibasmi sebelum menjadi nyamuk dan menyebarkan
penyakit.” –Hal. 8
Novel
Let Go mengisahkan tentang Caraka, seorang siswa yang bebal, tukang bikin onar,
suka ikut campur urusan orang lain, tapi paling peduli pada temannya. Hal itu
terbukti saat ia membantu Nathan yang sekadar ia kenal sebagai teman sekelas.
Banyak hal yang mengejutkan dari sikap Caraka sendiri. Dan bagaimana saat
sekolah terutama Bu Ratna menghukumnya, adalah tindakan yang paling benar.
selalu ada alasan kuat dari setiap hukuman. Bukan serta merta membuat anak
jera, tapi bagaimana anak tersebut dapat mengambil arti dan makna dari hukuman
tersebut. Sekaligus perenungan dari kesalahan yang dibuat.
“Jangan
kasih seseorang harapan kalau akhirnya menghempaskannya.” –Hal 84
Sebenarnya
dalam novel ini tidak melulu terfokus pada Caraka. Ada si dingin yaitu, Nathan
dan Nadya, sekaligus si Kurang Pede Sarah. Mereka berempat harus bersama-sama
dalam sebuah ektra mading yang memaksanya terus berkumpul dan terlibat dalam
banyak kegiatan. Meski dengan sifat yang berbeda-beda, mereka mencoba untuk
bertahan dalam ruangan yang sama dan mencari jawaban dari pertanyana yang
selalu Caraka suarakan, kenapa mereka
harus bersama?
“Orang yang tidak bisa mengharagai dirinya
sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain,” -112
Sikap
Nathan yang cuek dan dingin kadang membuat orang geram bahkan tak banyak yang mengira
Nathan adalah lelaki paling sadis. Namun, Nathan hanya ingin memberikan
kesadaran pada sekitarnya terutama teman terdekatnya untuk bisa menghargai diri
sendiri serta kemampuan pribadi. Anggapan bahwa tidak ada orang yang akan
menghargaimu kecuali diri sendiri, itulah yang Nathan pegang. Bahkan saat ia
juga menyadarkan Sarah yang selalu kurang percaya diri dengan kemampuan
menulisnya. Nadya yang merupakan perempuan super kuat dan tidak membutuhkan
pertolongan orang lain, mulai membiasakan diri untuk bertinkdak seperti manusia
yang lain. Meminta pertolongan bila tidak sanggup.
Caraka
dan Nathan. Dalam novel ini, kisah seakan berpusat pada mereka. Tentang Nathan
yang mengidap penyakit dan terancam akan meninggal secepat mungkin, dan Caraka
yang belum bisa memafakna kepergian sang ayah. Mereka berdua seakan
bertransformasi untuk saling melengkapi, melindungi, dan meski tanpa mereka
sadari, mereka saling menguatkan.
Novel
ini benar-benar tidak hanya mengusung tentang bagaimana kelabilan usia remaja,
romantika, tetapi juga tentang bagaiman pencarian jati diri dan arti dari
sebuah persahabatan. Novel Let Go sangat cocok untuk remaja-remaja yang sedang
berjuang hidup seperti Nathan agar mereka tahu untuk tidak membuang waktu
dengan hal yang sia-sia.
Atau
jika remaja tersebut seperti Sarah yang kurang percaya diri dengan
kemampuannya. Percayalah, novel ini seakan mengajarkan bahwa hidup tidak akan
adil bagi mereka yang tidak pernah mencoba dan hanya tunduk pada waktu. Hanya
diri sendiri yang mampu mengalahkan semua tantangan dengan sikap berani.
Doc. Kabar Madura
7 Mei 2019
Semoga
pembaca yang telah menamatkan novel ini akan paham arti dari persahabatan dan
keajaiban di dalamnya.
Probolinggo,
17 April 2019
Agustin
Handayani. Seorang penggiat literasi dan anggota FLP Probolingo.
No comments:
Post a Comment