Puisi Lama

Yani, Just it


EGOKU

Yani

Sempat kita berbincang saat mentari malu-malu di ufuk barat. Mengintip dengan mesra tak kala kita terfokus pada titik pembahasan.

"Aku adalah perempuan teregois, kak!" Seruku padamu.

Aku ingin menciptakan sebuah pertengkaran kecil yang ku pantik dari ujung senyummu. Namun semua tahu, kau cukup dewasa 'tuk tersulut.

Aku ingin merangkai hati dari awan-awan mendung yang dijauhi para burung jantan. Kau menolak. Menyuruhku membangun hati dengan aurora-aurora yang indah. Berharga, tak semua orang dapat menyentuh.
Aku tergelak dengan kencang. Menggeleng kepala bukti menolak.

"Tidak, Kak. Aku tidak mau menjadi hal yang indah. Karena aku buruk. Egoku menjadikannya buruk," ungkapku.

Kali ini kita terdiam. Saling mengecup perbedaan yang terbentang. Egoku dan egomu, sama.
Melucuti ego masing-masing pun kita enggan. Ego layaknya sarung yang terpakai saat kita di Gunung Bromo. Penghangat kala dingin.

Sedangkan cinta, hanya terucap di atas ranjang. Kala kita bergerumul dengan peluh-peluh tak terhitung. Meneriakkan nama di atas dosa-dosa malam. Dosa yang setelahnya memaksa kita bertaubat.

Aku egois, kakak!
Karena aku tak membiarkan cinta hilang
Mengulang lagi dan lagi kesalahan terindah
Hingga berharap, Neraka pun ada kita di sana


No comments:

Post a Comment

Resensi Novel Ikan Kecil

Radar Madura, 16 Maret 2020 Menerima Takdir dan Belajar Kesabaran dari Cobaan Judul               : Ikan Kecil Penulis...