Judul : Lagu Bathinku
Penulis : Tamariah
Penerbit : J-Maestro
Cetakan : 2018
Halaman : 140 halaman
ISBN : 978-602-5782-68-8
Jenis : Album Puisi
Peresensi : Agustin Handayani
Sebuah karya
yang apik tak akan jauh dari arti sebuah kerja keras dari penulisnya. Bila ada
pepatah berkata, “Keberhasilan adalah nama lain dari kerja keras,” maka album
puisi inilah bukti nyatanya. Tamariah, begitulah nama penulis dari ‘Lagu
Bathinku’. Seorang wanita yang berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah
Negeri. Menjajal dunia literasi pada tahun ini dan mulai giat mengikuti
beberapa ajang lomba dan antologi bersama. hingga kini menerbitkan buku album puisinya yang tercipta dari seluruh
keadaan sunyi, lirih, suka, duka, dan segala macam emosi di dalamnya.
Menghapus
bayangmu dalam sepi
Menghapus
jejakmu dalam bimbang
Melupakan
semua obsesiku tentangmu (Hal. 11)
Pada album
puisi pertama, penulis akan membawa kita pada usaha untuk melupakan sebuah
kenangan. Penulis akan membawa kita pada suatu keadaan dimana kita dipaksa
berusaha untuk menghapus sebuah kenangan dari ‘seseorang’ yang pernah sangat
berarti untuk kita. Seseorang yang dulunya adalah orang yang paling kita
butuhkan layaknya udara. Namun, kesemuan tetaplah dirasakannya. Kita harus
tetap melupakan apapun yang tak mampu kita miliki, bayang semu. Meski kata
berat dan letih dalam melupakan akan kita rasakan nantinya, yakinlah bahwa
usaha tak akan pernah sia-sia. Seperti itulah penulis menjabarkan usahanya
untuk melupakan jejak orang tersebut.
Tidak hanya
sekedar mendengar
Tidak
sekedar melihat
Tidak
sekedar merasa
Tapi juga
memahami (Hal. 54)
Di sebuah
puisi lainnya, lagi-lagi penulis menjabarkan sebuah kesedihan yang mendalam.
Puisi yang berjudul, ‘Lara’ tersebut sukses membuat kita bertanya, ada apa dengan situasi penulis saat itu?. Puisi
yang sangat mampu membangkitkan suasana sunyi dan lirih dimana duka-duka dan
sebuah pinta pemahaman kekasih terhadap pasangannya. Dari sini pun kita akan
paham, kita tak butuh mereka untuk hanya sekedar melihat, mendengar, atau
merasa. Akan tetapi kita ingin mereka juga memahami. Memahami apa yang mulut
katakan, telinga dengar dan yang hati rasakaan. Karena diam bukan berarti
mereka paham, mereka hanya menyimak.
Dalam album
puisi ini, penulis tak melulu mengantarkan kita pada kesunyian dan lara, namun
juga ada beberapa puisi religi yang sangat syahdu bila kita baca dengan hati.
Puisi berjudul ‘Dzat-Mu’ adalah puisi yang penulis tulis sebagai bentuk
kecintaan dan kepasrahannya terhadap Tuhan. Sebuah tanda tanya akan keberadaan
Tuhan yang telah menciptakan segala isi di bumi dan suasana yang tercipta. Masihkah
kita akan ragu akan keberadaan Tuhan bila sejauh mata memandang tak luput dari
ciptaan-Nya? Benar adanya, kadang semua orang –terutama saya- bertanya-tanya
seperti apa rupa Tuhan yang menciptakan laut tanpa kering, sinar dan kemerlap
bintang di malam hari. Seperti apa Tuhan yang namanya selalu diucapkan kala
diri ini bernapas? Seharusnya kita tak perlu bertanya, karena yang harus kita
lakukan adalah bersandar dan semakin mendekatkan diri pada Dzat-Nya.
Album puisi
yang berjumlah 100 puisi di dalamnya ini benar-benar tercipta dari pergejolakan
rasa dan emosi yang dirasakan penulis. Emosi yang terkumpul hingga dapat
membangun sebuah puisi yang hidup. Mungkin bila kita rasakan lebih dalam lagi,
kita dapat memetik inti dari semua puisi ini yang seakan sebuah kenyataan dari
pengalaman penulis.
Seperti saat kita membaca buku apapun itu, bila setelah membaca kita hanya akan langsung menutup buku tersebut. kita tidak akan pernah tahu inti dan maksud buku yang kita baca. Sebaliknya, bila setelah membaca buku, kita diam sejenak, menyimak dan menyimpulkan apa yang telah selesai kita baca, sedikit tidaknya kita akan mendapat manfaat dari pemahaman tersebut. karena itulah tujuan dari seorang penulis. Karya yang apik adalah karya yang dapat membangun dan berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Probolinggo, 27 Mei 2018
Seperti saat kita membaca buku apapun itu, bila setelah membaca kita hanya akan langsung menutup buku tersebut. kita tidak akan pernah tahu inti dan maksud buku yang kita baca. Sebaliknya, bila setelah membaca buku, kita diam sejenak, menyimak dan menyimpulkan apa yang telah selesai kita baca, sedikit tidaknya kita akan mendapat manfaat dari pemahaman tersebut. karena itulah tujuan dari seorang penulis. Karya yang apik adalah karya yang dapat membangun dan berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Probolinggo, 27 Mei 2018
No comments:
Post a Comment