
Ini masih
tengah malam saat aku mulai terbangun dengan suara grasuk-grusuk di lemari. Suara
plastik yang seakan di cakar, kerdus yang digigit bahkan suara kertas yang
ditarik paksa oleh tikus-tikus kecil. Aku jengah. Membalik badan ke kanan, suara
itu masih ada. Telentang, telungkup, suara itu masih saja nyaring di telinga. Mungkin
karena jarak lemari dan tempat tidur hanya setengah meter.
Aku menyerah.
Kali ini aku memilih bangun dan mengumpulkan ceceran kesadaran. Meliarkan pandangan
kesegala penjuru ruangan ini, aku baru ingat bahwa sejak kemarin aku belum
menghidupkan ponselku sama sekali. Segera saja aku mencari ponsel tersebut dan mendapati
baterainya masih separuh. Aku bersyukur namun miris juga bersamaan. Tak ada
tanda-tanda pesan masuk dari siapapun, terutama dia. Dia seakan lenyap tanpa
kabar. Seyogyanya aku memang mengakhiri saja semua kesemuan ini. Karena tanpa
sadar, di sini aku lagi yang mulai bermain hati. Sedangkan dia, masih berdiri
di tempatnya bahkan menjauh pergi.
“Aku lelah,”
aduku pada malam yang semakin gelap.
Langit masih
saja bercumbu dengan gelap. Pun dengan rembulan dan bintang yang asyik bercanda
hingga sinarnya teramat terang. Lagi-lagi mereka berpasangan seakan mengejak
aku yang hanya bisa menahan segala rindu untuknya. Mungkin harus segera aku tuntaskan segala rinduku malam ini,
akan tetapi apakah harus aku yang memulai? Sedangkan sejak dulu, aku selalu
menjadi pihak yang lemah. Ah, aku mulai
lelah dengan pertikaian batinku.
Tepat pukul
satu dini hari, aku menyerah. Menghidupkan computer dan mulai bercengkrama
dengan aksara yang selalu setia menemaniku setiap saat. Kali ini, biarkan aku
bersenggama dengan rindu yang semakin menyemukan segalanya. Ilusi-ilusi emosi
yang tertancap dalam pikiran dan dada. Tak ingin enyah meski telah aku coba usir pergi.
“Rindu ini
harus kau bayar dengan pertemuan yang abadi.”
Seperti itu
mungkin pikiranku selama ini. Pintaku padanya yang hanya bisa tersenyum tanpa
kata. Tak menolak saat rindu yang kusebut peluru dalam senjata yang jitu. Menembus
kulit dan merembeskan darah merah yang kental.
“Aku rindu
dan lelah, lagi.” Dan malam ini aku
tuntaskan segala rasaku. Berakhir dalam kata tanpa arti. Hanya coretan, luapan
emosi dan segalanya. Semua aku tuangkan dalam kata-kata yang menjadikannya
kalimat.
00.10-01.00 WIB
No comments:
Post a Comment