Kabar Madura, 05 Desember 2019
Belajar Melawan Takut
untuk Masa Depan
Judul : Life Begins With Spices
Penulis : Luna Torashyngu
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : Cetakan Pertama, 2018
Halaman : 304 halaman
ISBN : 9786020619651
Peresensi : Agustin Handayani
“Bisa dan Suka itu dua hal yang berbeda.” –Hal. 140
Jika kita berbicara tentang kenakalan remaja, maka salah
satu faktor yang sangat berpengaruh dan mendukung hal tersebut adalah
lingkungan, dalam artian yang lebih sempit lagi adalah pergaulan dan teman. Pada
masa remaja, biasanya mereka sangat mudah menerima segala macam hal dari
sekitar tanpa memfilter mana yang baik dan buruk. Kenakalan-kenakalan tersebut
beragam, mulai dari hal kecil hingga besar. Jika tidak mendapatkan arahan yang
tepat dari keluarga dan beberapa pihak, kenakalan tersebut bisa berakibat
fatal.
Dalam novel yang ditulis oleh Luna, kenakalan remaja
dijelaskan dari hal-hal kecil seperti bolos, suka mencontek, hingga tawuran.
Kenzo, seorang siswa kelas 12 yang melakukan kenakalan tersebut akibat pengaruh
teman-temannya yang selalu mengajak tawuran sebagai bentuk solidaritas bersama.
Hidup dalam keluarga dengan orang tua tunggal bisa menjadi alasan pengawasan
yang tidak begitu ketat. Beruntung ia masih memiliki kepala sekolah yang
dulunya adalah sahabat alm. sang ayah yang selalu mengawasi dan membantunya
untuk memilah tindakan baik dan benar.
Ibunya yang seorang janda dengan usaha catering jelas tidak
dapat memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi dengan lilitan hutang
yang lumayan besar. Dari sanalah tindakan yang awalnya hanya coba-coba untuk
mendapatkan uang yang besar, ternyata membuatnya terbelenggu dalam sebuah
kejahatan yang besar.
Di sisi lain seorang siswi cantik dan pintar bernama Alya
yang memiliki rasa penasaran sangat tinggi. Alya tidak menyukai sambal, tapi
karena ocehan kedua sahabatnya yang mengatakan sambal di kantin adalah sambal
paling enak membuat Alya akhirnya berkenalan dengan si berandal sekolah, Kenzo.
Kenzo menyukai Alya yang tidak memandangnya dari sisi yang
sama seperti orang pada umumnya. Namun di sisi yang berbeda dan jarang
dilakukan oleh orang. Bahwa semua orang jelas memiliki sisi baik dan buruk.
Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Seperti Kenzo yang memiliki
suatu hal menarik dari sikapnya yang urakan. Tidak semua orang tahu, karena
tidak semua orang berusaha untuk mengenalnya dengan sisi yang lain. Kritis,
pintar, patuh pada ibu, sopan, dan apa adanya, begitulah Kenzo di mata Alya.
“Kita memang berhak suka sama siapa saja dan berusaha menentukan jalan hidup kita sendiri. Tapi bagaimanapun kita nggak bisa menghindari takdir kita sendiri.” –Hal. 290
Hingga sebuah keadaan mendesak yang membuat Kenzo berada di
lingkaran hitam, membuat kisah mereka terhenti beberapa tahun. Keadaan yang
genting, rumit, dan membahayakan. Kejahatan besar selalu dimulai dari kejahatan
paling kecil. Dan seperti itulah yang dialami oleh lingkungan Kenzo hingga
membuatnya hilang beberapa tahun.
“Mendapat beasiswa bukan sekadar kita mendapatkan pendidikan tanpa mengeluarkan biaya. Beasiswa juga pengakuan dari negara atau intitusi atas kemampuan kita.” –Hal. 260
Bisa dikatakan novel ini bukan hanya bertema remaja biasa.
Bagaiamana keseharian remaja hingga pergejolakan hidup dijabarkan dengan sangat
apik. Remaja bukan hanya tentang kisah
asmara, tapi berbagai konflik batin yang dialami tokoh menjadi hal menarik
dalam novel ini. Beberaa konflik yang diangkat mendapatkan sebuah penyelesaian
yang baik dan masuk akal.
Probolinggo, 12 Oktober
2019
Agustin Handayani. Aktivis
Literasi dan Anggota FLP Probolinggo.
No comments:
Post a Comment