Cara mengobati Hati yang Luka
Judul
: Across The Ocean
Penulis :
Ria Destriana
Penerbit
:
Gramedia
Terbitan
:
Jakarta, 2015
Jumlah
Halaman : 168 Halaman
Peresensi Agustin Handayani
“Kamu tahu
bagaimana caranya mengobati hati yang luka?”
“Bagaimana?”
“Dengan tidak
melaluinya sendirian.”
Across The Ocean, novel
karya Ria Destriana ini sebelumnya aku pikir adalah novel yang berlatar luar
negeri seperti novel-novel lainnya. Ternyata novel ini lebih mengangkant unsur lokalitas
dari sebuah pulau bernama Karimunjawa. Pulau yang katanya bisa mengalahkan
pulau Lombok maupaun Pantai Kuta. Karimunjawa berasal dari kremun yang artinya samar-samar. Karena letaknya pulau ini memang
samar-samar dari pulau jawa. Penjabaran unsur lokalitas yang sangat kental dan
rinci manjadi mudah dipahami. Bagaiamana penulis menjelaskan tentang
pulau-pulau tak berpenghuni di sekitar Karimunjawa yang sekarang dijadikan
sebagai objek wisata dan juga beberapa mitos atau asal-usul nama di daerah
sana, pulau Gosong.
Sebuah
luka dari terpaksa melepaskan sebuah cinta yang hilang dari hidup kita memang
tak akan pernah mudah. Ada rasa sakit, kecewa dan banyak perasaan lagi yang tak
bisa dijabarkan dengan mudah. Seperti yang Bayu rasakan. Bayu mulai tak percaya
saat orang-orang berkata bahwa cinta dapat menyatukan perbedaan yang
terbentang. Bayu mulai paham bahwa itu salah. Tidak semua perbedaan dapat
dilebur menjadi satu, utamanya perbedaan keyakinan yang Bayu dan Siska jalani. Mereka
paham bahwa apa yang sedang mereka pertahankan sekarang adalah bentuk
kesia-siaan semata. Hingga perpisahan memang menjadi sebuah jalan penghalang
mereka.
Untuk
mengobati cinta, jangan pernah sendiri. Itu yang Bayu lakukan. Ia bertemu
dengan Anin. Perempuan yang memiliki nasib sama seperti dirinya. Seakan bercermin
pada dirinya sendiri, Bayu pun berusaha membuat Anin bahagia dan melupakan rasa
sakitnya.
Dan
cinta memang tak pernah kita ketahui kapan bisa datang dan pada siapa dia akan menyapa.
Namun saat cinta itu dirasakan oleh mereka, mereka paham bahwa tidak akan mudah
menyatukan hati yang baru saja tersakiti. Harus ada jeda agar hati lebih mantap
untuk memutuskan jatuh cinta. Dan dalam jangka waktu yang lama, waktu
memberikan mereka jeda untuk memantapkan hati.
“Hidup
memang tidak semudah drama TV.” Hal. 153
Dan
alur yang disajikan penulis memang cukup bagus. Penggunaan sudut pandang tokoh
pertama dari Bayu dan di tengah berubah menjadi Anin memang sempat membingungkan
pembaca, terutama saya. Karena tidak ada pemberitahuan atau keterangan sebelum
pergantian. Namun, keseluruhan saya lebih menikmati keindahan Karimunjawa yang
memang indah.
Probolinggo,
22 Desember 2018
No comments:
Post a Comment