Doc. Radar Cirebon 9 Desember 2018
Menterjemahkan Kesunyian pada Wanita
Judul :
Sunyi di Dada Sumirah
Penulis :
Artie Ahmad
Penerbit :
Mojok
Terbitan :
Cetakan Pertama, Agustus 2018
Jumlah halaman : vii+
298 Halaman
ISBN :
978-602-1318-72-0
Peresensi :
Agustin Handayani
Sunyi di Dada Sumirah adalah sebuah novel
yang terbagi menjadi tiga bagian cerita yang saling berkaitan. Tentang Sunyi dan penolakannya pada takdir, Sumirah dengan kelamnya
hidup serta Suntini yang mengalami ketidakadilan dalam hidupnya sampai akhir
hayat. Tiga perempuan dalam masa yang berbeda harus menjalani takdir dan kesunyian
masing-masing sementara ketidakadilan terus mengiring langkah mereka.
Mereka menilai hidupku seolah-olah aku ini makhluk rekaan mereka, bukan
ciptaan Tuhan. Mereka menilaiku dari sisi dunia yang terlanjur rusak ini sampai
ke akhirat yang konon firdaus dan Kudus. –Hal. 4
Cerita pada bagian pertama, kita akan
berkenalan dengan tokoh bernama Sunyi. Sesuai dengan namanya, Sunyi adalah
gadis yang terlahir dari kesunyian sama seperti hidupnya. Menjadi seorang anak
PSK tidak bisa dijadikan sebagai sebuah kebanggaan baginya. Bila bisa
dilahirkan kembali, Sunyi meminta sebuah kehidupan yang lebih baik lagi. Dalam
artian Sunyi memang enggan hidup seperti sekarang ini –mendapat julukan anak
PSK.
Hanya Arlen, setidaknya satu sahabatnya
yang masih sudi menjadi sahabatnya saat semua orang bahkan menjauhinya setelah
menemukan fakta bahwa dirinya anak dari seorang PSK. Dari Sunyi kita belajar
menjadi seorang yang kuat dan tegar. Berani dalam mengambil segala tindakan
yang dianggapnya benar. Namun Sunyi tetaplah seorang gadis yang juga bisa
merasakan cinta. Pada Ram, Sunyi pernah berharap bahwa Ram adalah lelaki yang
beda dari lelaki yang pernah ditemuinya.
“Hari ini pemuda sepertimu membuktikan bahwa seseorang yang terlahir di
kalangan manusia-manusia martabat tinggi tak menjamin dia bisa tumbuh dalam harga
diri yang tinggi pula.” –Hal. 66
Di akhir bagian Sunyi, Ram seakan
membuktikan bahwa orang-orang yang bermartabat belum tentu memilih harga diri
yang tinggi. Tidak selalu orang kaya akan memiliki budi pekerti yang lebih
daripada orang-orang redahan seperti Sunyi.
Pada bagian kedua, kita akan berkenalan
dengan Sumirah, ibu dari Sunyi yang kerap disapa Mi. ketikdakadilan hidup juga
menyapanya. Hidup di tengah-tengah keluarga yang ditinggal bapaknya sejak dalam
kandungan, seorang Emak yang hilang bahkan saat ia masih sangat kecil hingga ia
harus hidup dengan si Mbah. Kesalahan Sumirah yang terlalu keukeh menunggu
Atmojo untuk kembali dari Jakarta dan melamarnya membuat hidupnya disapa oleh
kekelaman yang hampir mengekalkan penderitaannya. Ia dijual oleh lelaki yang ia
cintai.
Mengapa di dunia ini ada orang-orang yang mampu menyakiti orang lain
hanya karena merasa memiliki derajat lebih baik? Mereka lebih suci dan berjiwa
lebih luhur. - Hal. 92
Dan kisah ada bagian terakhir, Suntini.
Nenek dari Sunyi yang berarti adalah Ibu dari Sumirah. Mungkin ini adalah akar
dari kelamnya kehidupan wanita tiga zaman tersebut. Hidup Suntini bahkan seakan
hanya sekedipan mata sebelum akhirnya menghabiskan sisa hidupnya menjadi
tawanan dan diasingkan di sebuah desa yang terpencil. Dari Suntini kita belajar
bahwa hidup hanya meminta pertolongan pada Tuhan, tidak gampang mengeluh pada
setiap permasalahan dan juga selalu kuat untuk bertahan. Suntini selalu
memiliki banyak harapan dan memandang semuanya dari sisi baik hingga harapannya
luntur bersamaan dengan penyakit yang menyerangnya selama di tempat
pengasingan. Saat itu Suntini sudah tak dapat berharap untuk bertemu dengan
anaknya lagi, Sumirah.
Dari kisah ketiga wanita dengan masa
berbeda yang saling berkaitan tersebut, kesunyian dan ketidakadilan memang
nampak sangat menyedihkan. Namun dibalik itu semua terkandung banyak makna yang
mana bila kita ingin menelaah lebih dalam lagi, dari kesunyian dan
ketidakadilan tersebut kita belajar bagaimana cara memaknai hidup dan
memandangnya dari sisi yang mungkin hanya segelintir orang yang paham. Hidup
adalah sebuah fase-fase di mana selalu ada perubahan yang lebih baik lagi bila
kita mau berusaha dan memaknai semuanya dengan bijak. Seperti perihal membenci
dan memaafkan pada hal-hal yang melukai kita, misalnya.
Membenci akan membuat nilai deraja diri akan turun, akan lebih rendah
lagi. Memaafkan adalah salah satu cara ampuh untuk mengobati hati yang merasa
tersakiti. Hal- 120
Mungkin kita sering menjumpai kisah-kisah
pahit dengan tokoh wanita yang malang, tapi seperti yang harus kalian ketahui,
ini bukan sekadar potongan kisah perempuan, ini adaah kisah panjang penelusuran
makna kesunyian perempuan dari tiga zaman, melintasi tiga generasi untuk
menyingkap gelapnya sejarah manusia. Semoga siapapun pembaca yang telah atau
akan memiliki buku ini bisa menelaah kisah-kisah kesunyian hidup yang Sunyi,
Sumirah dan Suntini alami. Dan sebaik-baiknya novel ini adalah manfaat yang
akan didapat oleh pembaca yang budiman.
Probolinggo, 17 Oktober 2018
Novel keluaran tahun berapa gan?
ReplyDeleteMantap Gan..Novel ini..
ReplyDeleteNovel Ni Tahun Brp Mba?Hehe
ReplyDeleteResensi yg bagus, dengan tata bahasa yg baik, mantap...
ReplyDeleteLanjutkan berkarya...
Saya suka bhasa yg penuh seni seperti ini
ReplyDeletesuka baca novel mba? saya kalau baca yg panjang2 malah pusing.. wkwk
ReplyDeleteAlurnya bagus
ReplyDeleteIninih gan artikel yg selama ini sy cari-_, dn pd akhirny sy bisa mendptknny serta membacany,, makasih bnyk yaa(y)
ReplyDeleteTerkadang hal ini luput dari perhatian orangtua. Bahkan ada yg terkesan cuek dan tidak mau tahu. Tapi banyak juga alasannya. Tapi bukankah dengan menjadikan dirinya lebih baik adalah sebaik-baiknya manusia?
ReplyDelete