Selamat Pagi, teman-teman.
Hari ini saya akan membahas seputar awal kita menulis.
Menurut Andrea Hirata, "jika ingin menulis, 99% adalah membaca (riset) sedangkan 1% adalah menulis."
Memang kalimat ini terasa benar di telinga kita. Pembaca memiliki hak untuk mendapatkan bacaan yang bermutu dan berkualitas. Dan seorang penulis bukan hanya mengutamakan kuantitas buku yang ia terbitkan, tapi juga kualitas dari buku tersebut. Jangan biarkan pembaca menimati buku yang kualitasnya belum 'pas'. Bahkan menurut seorang penulis novel 'Bakat Menggonggong', Dea Anugerah. Beliau berkata, "jangan membodohi pembaca dengan hal-hal ringan yang sudah diketahuinya. Buatlah sebuah karya yang memberi manfaat untuk pembaca."
Bagaimana cara membuat karya yang seperti itu? Membacalah. Sebelumnya jadilah pembaca yang baik.
"Good readers is good writers."
Hal kedua yang harus dilakukan oleh seorang penulis selain membaca adalah menulis. Menulis, menulis dan menulis. Tuangkan semua ide dan pemikiranmu dalam tulisan tersebut. Targetkan siapa pembacamu? Berapa rentang usia pembaca (dalam artian sasaran pembaca), apa pesan yang ingin kau sampaikan pada pembaca lewat naskahmu. Itu saja. Naskah yang baik ialah naskah yang sudah tahu ke mana jalannya. Akan kita sodorkan pada siapa naskah kita nantinya. Apakah pada orang tua yang pastinya membutuhkan bacaan parenting, pada remaja dengan kisah romance teenlitnya, atau pada orang-orang yang sedang berjuang dengan buku motivasinya.
Langkah selanjutnya, beberapa penulis memiliki cara sendiri dalam memulai menulis naskahnya. Beberapa akan menulis dalam outline/kerangka karangan dan beberapa lagi langsung menulis apa yang ia pikirkan saat itu. Dan mana yang benar? Semua benar. Tidak ada yang salah. Itu adalah ciri dari setiap penulis. Asal konsisten. Selesaikan naskahmu dan kamu bisa membuat naskah baru. Karena dalam menulis naskah, akan selalu ada rasa bosan, tergiur dengan naskah baru, dan lebih parah adalah buntu ide.
Maka dari itu, mantapkan diri sebelum menulis karya tersebut. Mau seperti apa alur ceritanya, akan seperti apa konflik yang dibawa serta bagaimana endingnya. Bila sudah paham, maka tulislah secepat yang kamu bisa. Karena semakin cepat naskah itu selesai, maka ide pun tak akan cepat hilang.
"Saat menulis, jadilah penulis. Bukan editor." -Ernest
Maksud dari perkataan Ernest sendiri adalah, saat menulis singkirkan dulu ketakutan pada typo, kalimat tidak efektif, atau penggunaan EBI/PEUBI. Kenapa? Karena ide datangnya di waktu yang sangat tak terduga dan singkat. Bila kita terlalu berpikir tentang EBI/PEUBI, bisa dijamin ide akan secepatnya hilang. Tulis semampu kita menulis.
Apa artinya kita tidak harus memperbaiki naskah kita? Siapa bilang? Penulis yang baik adalah editor naskahnya sendiri. Setelah naskah ide kita tuangkan, maka saat itulah kita akan menjadi editor bagi naskah kita sendiri. Karena untuk menjadi editor, kita tidak membutuhkan ide, tapi pengetahuan. Jadi, pandai-pandailah menempatkan diri kapan kita menjadi pembaca, penulis, dan editor.
Inilah materi awal yang bisa saya share kali ini. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.
Probolinggo, 13 November 2018
No comments:
Post a Comment