Yani,
Just it
Pada
zaman dahulu, hiduplah segerombolan angsa yang mengatasnamakan mereka sebagai
'keluarga'. Susah senang, hujan badai mereka akan lalu bersama. Terbang ke sana
ke mari bersama dan memenuhi sungai 'surga' di dekat Gunung Bromo.
Banyak
hewan yang memandang iri pada mereka, terutama angsa-angsa hitam. Sekawanan
angsa hitam itu pun mulai mencari cara untuk memisahkan keluarga angsa putih.
Mereka mulai membuat cerita-cerita palsu, mangadu domba agar angsa-angsa putih
tadi terpecah belah.
"Saya
tidak percaya jika keluarga saya seperti itu!" Bantah tegas Angsa E, angsa
paling kecil di gerombolan tersebut.
"Mereka
ingin menyingkirkan Angsa C karena Angsa C sering berbuat salah," ucap
salah satu Angsa hitam saat melihat angsa C sendirian mencari makan.
"Tidak
mungkin." Angsa C rupanya juga sangat sulit untuk diadu domba.
Begitupun
dengan Angsa A, B, dan D. Mereka tidak ada yang percaya dengan ucapan pihak
lain kecuali keluarganya sendiri.
"Ketahuilah,
semakin kamu berkata dan menguji kekeluargaan kami, maka kami akan semakin erat
dan semakin tak terpisahkan. Karena kami memiliki prinsip dimana 'bersama, kami
kuat'. Jadi, jangan buang-buang waktu dengan mengusik keluarga kami."
"Betul.
Sikapmu malah seperti kekurangan kebahagiaan. Kamu seperti kompas yang hilang
jarum arahnya," timpal Angsa B, Angsa tertua kedua setelah angsa A.
Kunci
dari kekeluargaan mereka adalah saling percaya dan terbuka. Tidak ada rahasia
yang ditutupi oleh salah satu pihak. Satu sakit, semua juga. Dan saat beberapa
pihak senang, maka menularlah kesenangan tersebut. Hingga saat ini, Sekawanan
angsa tersebut sering dipanggil Keluarga Angsa dari Surga. Simbol kekeluargaan
murni dan suci dimana tidak akan goyah meski diterjang badai.
Tamat
Inspirasi
kisah sehari ini dan Patung Angsa di Alun-Alun Kota.
Probolinggo, 12
08 201
No comments:
Post a Comment