Judul :
Tanjung Kemarau
Penulis : Royyan Julian
Penerbit : Grasindo
Cetakan 1 : Oktober, 2017
Terdata pada
hari Senin, 12 Februari 2018 jam 21.20 WIB, saya selesai membaca bab pertama
dari buku ‘Tanjung Kemarau’ ini. Memiliki niat dalam hati untuk menyelesaikan
novel ini dalam kurung waktu kurang dari satu minggu membuat saya harus
menyelinap untuk sekedar membaca semenit atau lima belas menit. Anggaplah untuk
membudayakan baca setiap hari.
Jadi di bab
pertama yang diberi judul, ‘Syahrazad Hujan Tempias’, sukses membuat saya
bingung hanya dengan membaca judul asing tersebut. Saya sangat jauh dengan kata
bahkan kisah-kisah asing tersebut hingga mungkin membuat timbul rasa penasaran sehingga saya putuskan membaca
kata per kata, kalimat hingga ke beberapa paragraph.
Diawali dengan
kegiatan yang sudah dilalui oleh tokoh bernama Walid dan Ria. Mungkin saya
tidak akan menceritakan secara detail bagaimana keadaan sekitar mereka sehabis
melakukan kegiatan ‘itu’, karena ini bisa menjadi daya pikat sendiri. Silahkan
penasaran, karena dengan rasa penasaran tersebut saya harap kalian akan membaca
novel ini.
Yang menarik
dalam bab ini adalah kisah yang walid ceritakan pada malam-malam sebelum
dirinya bercinta dengan Ria. Terbersit pemikiran yang sama dengan Walid, saya
kira Ria memang menyukai cerita yang dituturkan oleh Walid, bukan karena rasa cinta.
Karena dari penulis sudah dipaparkan bahwa Ria telah memiliki suami, disimpulkan
Ria berselingkuh.
Kisah dari
seorang Syahriar dan Syahrazad. Kisah yang cukup menarik. Dari sini saya sangat
menilai sempurna pada novel ini padahal saya baru membaca satu bab saja. Kisah Syahriar
yang akan membunuh isteri-isterinya di malam kedua sebagai tindakan atau rasa
kecewanya lantaran pernah dikhianati dan ditinggalkan oleh isterinya terdahulu.
Anggaplah trauma yang membuat dia bertindak setan. Namun setelahnya tampil
Syahrazad yang menawarkan diri untuk menjadi isteri dari Syahriar. Dengan taktik
yang cerdas menurutku hingga di malam keseribu satu, wanita itu tak dibunuh. Bahkan
hingga timbul benih-benih cinta. Pada bagian ini, saya akui, saya telah jatuh
cinta dengan kisah yang manis ini.
Tiba-tiba
penulis menggiring saya pada kisah sebuah Langgar Hujan Tampias, perjodohan,
dan bagaimana kisah Walid dengan seorang wanita yang bernama Ulfa. Wanita yang
akan menjadi tunangan Walid atas hasil perjodohan ayahnya. Dari sisi cerita
ini, saya ingin sekali teman-teman pembaca benar-benar bagian ini. Karena dari
semua hal, sebenarnya pada bagian ini yang sangat saya sukai adalah pembawaan
dari penulis. Bagaimana penulis menggiring pembaca pada loncatan alur tanpa
menimbulkan rasa kaget atau bingung, kecuali penasaran.
Saya jadi
teringat pada acara Berkomunlis pada tanggal 11 Februari 2018, dimana Komunitas
tersebut membedah novel ini dan meresensinya.
Disana selalu disinggung dengan permainan alur dan loncatannya. Sempat saya
bingung dan dominan penasaran. Namun, sekarang saya tahu maksud loncatan itu
meski hanya dalam satu bab dari beberapa bab yang berada dalam novel ini.
Malam ini,
di penghujung waktu, saya kira ini adalah catatan kecil tentang bab yang saya baca.
Besok, diwaktu yang saya siapkan, saya akan melanjutkan menulis catatan novel
ini agar teman-teman semua tervirus penasaran juga. Heheh
Selamat
Malam untuk semua teman-teman,
Untuk seorang
Penulis yang karyanya benar-benar membuat saya hampir mati penasaran lantaran
ini adalah novel pertama yang aku baca selain nove remaja
Dan selamat
malam juga untuk kakak yang menjadi panutanku dalam belajar, Kak Yeti
Kartikasari Lestiyono, Stebby Julionatan, dan semua kakak yang tak bisa aku
sebutkan satu-satu.
No comments:
Post a Comment